KELOMPOK-KELOMPOK YANG MASUK SURGA (Bagian.1)
أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن
محمدا رسول الله
KELOMPOK-KELOMPOK YANG MASUK SURGA
SERTA KEUTAMAAN DARI LAPAR DAN DIAM
“Wahai Ahmad! Demi kemuliaan dan
keagunganku, tidak ada satu hamba yang demi aku dia melakukan empat perkara
kecuali aku masukkan dia ke dalam surga. Orang yang menjaga lisannya maka dia
tidak membuka lisannya kecuali seperlunya dan yang bermanfaat baginya, orang
yang menjaga hatinya dari was-was, orang yang sadar bahwa aku mengetahui
tentangnya serta mengawasi semua keadannya dan orang yang laparnya menjadikan
dia menjadi belahan mataku. Wahai Ahmad! Jika engkau telah merasakan manisnya
lapar, diam, kesendirian serta apa yang diwariskan ( keutamaan ) dari itu
semua.
Nabi saw. berkata: wahai Tuhanku!
Apa keutamaan dari lapar? Tuhan berfirman: hikmah, menjaga hati, dekat
kepadaku, kesedihan yang terus menerus, sedikit kebutuhan diantara manusia,
ucapan yang hak serta tidak peduli baik hidupnya susah atau pun senang. Wahai
Ahmad! Apakah engkau tahu kapan seorang hamba dekat denganku? Nabi saw.
menjawab: Tidak wahai Tuhanku. Tuhan berfirman: jika dia dalam keadaan lapar
dan sujud”.
Empat Kekhususan Tuhan berfirman kepada nabi mulia islam saw.:
wahai Ahmad! Demi kemuliaan dan keagunganku, setiap hamba yang melakukan empat
perkara maka aku akan memasukan dia ke dalam surga. Empat perkara tersebut
sebagai berikut:
1.Menjaga lisannya dari ucapan yang tidak perlu dan tidak
bermanfaat baginya.
2.Menjaga hatinya dari penyakit was-was.
3.Menyadari bahwa
aku mengetahui keadaannya dan melihat kepadanya.
4.Laparnya menjadikan dia
menjadi belahan mataku. Kemudian Tuhan berfirman kepada kekasihNya Muhammad
saw.: “Wahai Ahmad! Jika engkau telah merasakan manisnya lapar, diam,
kesendirian serta apa yang diwariskan ( keutamaan ) dari itu semua. Nabi saw.
berkata: wahai Tuhanku! Apa keutamaan dari lapar?
Tuhan berfirman: hikmah,
menjaga hati, dekat kepadaku, kesedihan yang terus menerus, sedikit kebutuhan
diantara manusia, ucapan yang hak serta tidak peduli baik hidupnya susah atau
pun senang. Wahai Ahmad! Apakah engkau tahu kapan seorang hamba dekat denganku?
Nabi saw. menjawab: Tidak wahai Tuhanku. Tuhan berfirman: jika dia dalam
keadaan lapar dan sujud”.
Warisan Yang Berharga Wahai Ahmad! Jika engkau
mengetahui betapa manisnya lapar dan diam serta betapa banyak efek positif dari
keduanya. Nabi saw. bertanya: wahai Tuhanku! Apa keutamaan serta efek dari
lapar dan diam?
Tuhan menjawab bahwa efek dari keduanya adalah sebagai berikut:
1.Hikmah : yaitu bahwa lapar dan diam merupakan pendahuluan atau salah satu
syarat untuk mendapat hikmah serta ilmu hakekat
2.Menjaga Hati : artinya bahwa
dalam semua keadaan ikhtiar hati manusia berada ditangannya.
3.Dekat kepadaku :
lewat lapar dan diam seorang hamba bisa dekat kepadaku dan meraih kedekatan
maknawi.
4.Kesedihan yang lama : kondisi sedih merupakan kondisi yang terpuji (
pada kesepatan yang akan datang akan dibahas masalah keutamaan sedih ) dan
kondisi ini muncul ketika manusia lapar dan diam.
5.Sedikit kebutuhan diantara
manusia
6.Ucapan yang hak : yaitu disebabkan dia tidak memiliki sifat rakus
terhadap harta orang lain, maka dimana saja dia bisa berkata hak dan sama
sekali tidak memiliki rasa takut dan khawatir dari siapapun.
7.Dia tidak
peduali apakah kehidupannya penuh dengan kesulitan atau kesenangan; artinya
manusia yang sedikit banyak kebutuhannya dia tidak banyak berfikir baik kaya
atau miskin.
Kemudian Tuhan berfirman: wahai Ahmad! Apakah engkau tahu kapan
seorang hamba dekat kepadaku?
Nabi saw. menjawad: aku tidak tahu wahai Tuhanku.
Tuhan berfirman: adalah ketika seorang hamba dalam keadaan lapar atau dalam
keadaan sujud, mereka dekat kepadaku. Penjelasan dan Penafsiran Tujuan
penciptaan manusia adalah dalam rangka mengantarkan mereka kepada kesempurnaan
akhir serta menyampaikan mereka kepada kedudukan abadi dimana untuk bisa
mencapai kedudukan tersebut disyaratkan memiliki empat syarat yang telah
disebutkan dalam hadits mi’raj sebelumnya dan dengan menjalankan keempat syarat
tersebut maka Tuhan akan menjamin mereka untuk masuk ke dalam surga.
Dua dari
empat syarat tersebut berhubungan dengan enggota badan yang dhahir ( berkenaan
dengan lisan dan perut ) dan dua syarat lain berkenaan dengan perkara-perkara
hati dan bathin. Salah satu dari dua syarat terkahir memiliki sisi negative
artinya menjaga hati dari sifat was-was syetan dan syarat yang lain memiliki
sisi positif yang berarti kesadaran manusia akan kehadiran Tuhan dan
pengawasanNya terhadap mereka. Alhasil menjalankan dua syarat pertama lebih
mudah berbeda dengan dua syarat terakhir, sulit untuk bisa menjalankannya dan
membutuhkan kepada latihan bathin yang banyak.
Secara mendasar menjaga lisan
dari ucapan yang tidak benar dan menjaga perut dari sifat rakus merupakan salah
satu jalan untuk melawan syetan. Walau perangkap syetan tidak terbatas kepada
lisan dan perut saja, akan tetapi keduanya merupakan alat yang paling kuat bagi
syetan dalam rangka membuat manusia menyimpang, sebab barang siapa yang bisa
mengontrol perutnya maka dia pun akan bisa mengkontrol syahwatnya dan barang
siapa yang mampu menjaga lisannya maka dia akan mudah menjada indra yang lain.
Factor paling besar yang menghilangkan kesadaran, perasaan, pengetahuan serta
menghilangkan kehadiran hati dari manusia adalah perut yang penuh dengan
makanan.
Manusia yang perutnya penuh tidak akan bisa berfikir dan tidak akan
bisa berhasil dalam belajar serta dia tidak akan bisa meraih kehadiran hati
ketika shalat atau ketika melakukan amalan yang lain. Masalah ini sudah
terbukti oleh karenanya sudah menjadi yang ma’ruf perumpamaan “ibadahnya orang
yang kenyang bagaikan orang yang tamalluk ( proses tukar menukar kepemilikan )
dalam keadaan mabuk”.
[1]Orang yang dalam keadaan mabuk maka dia tidak memiliki
kesadaran, oleh sebab itu ketika dia melakukan tamalluk maka perbuatan tersebut
tidak bernilai dan tidak sah oleh karena itu doa dan amalan manusia yang
kenyang serta beribadah dengan perut yang penuh tidak akan memiliki nilai dan
kesahan.
Ketika perut dalam keadaan penuh maka pemahaman serta kesadaran yang
menjadi kekhususan manusia akan hilang, persis seperti seekor burung yang
kakinya dibebani oleh sesuatu yang berat dimana semakin berat beban tersebut
maka akan semakin sulit bagi dia untuk bisa terbang.
Maka pebuhnya perut
bagaikan beban yang berat yang diikatkan di kaki burung, yang membuat ruh
manusia menjadi tertutup dan menjadi penghalang dia untuk terbang bahkan
sebaliknya akan membuat dia jatuh ke dalam materi dan hilangnya cahaya serta
kelembutan hati manusiawinya, akibatnya kesempurnaan ruhani tidak akan bisa
diraih.
( Alhasil, pengetahuan tentang hubungan antara ruh dengan badan
bukanlah perkara yang mudah yang bisa disampaikan dengan kajian yang pendek;
akan tetapi kesimpulannya bahwa barang siapa yang perutnya penuh dengan makanan
dia akan merasakan bahwa ruhnya tidak mampu untuk terbang dan mencapai
puncaknya bagaikan seekor burung yang kakinya terikat oleh beban yang sangat
berat ).
No comments:
Post a Comment