Wednesday, October 30, 2013

KELOMPOK-KELOMPOK YANG MASUK SURGA (Bagian.1)

أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله

 

KELOMPOK-KELOMPOK YANG MASUK SURGA SERTA KEUTAMAAN DARI LAPAR DAN DIAM

 

“Wahai Ahmad! Demi kemuliaan dan keagunganku, tidak ada satu hamba yang demi aku dia melakukan empat perkara kecuali aku masukkan dia ke dalam surga. Orang yang menjaga lisannya maka dia tidak membuka lisannya kecuali seperlunya dan yang bermanfaat baginya, orang yang menjaga hatinya dari was-was, orang yang sadar bahwa aku mengetahui tentangnya serta mengawasi semua keadannya dan orang yang laparnya menjadikan dia menjadi belahan mataku. Wahai Ahmad! Jika engkau telah merasakan manisnya lapar, diam, kesendirian serta apa yang diwariskan ( keutamaan ) dari itu semua.

 

Nabi saw. berkata: wahai Tuhanku! Apa keutamaan dari lapar? Tuhan berfirman: hikmah, menjaga hati, dekat kepadaku, kesedihan yang terus menerus, sedikit kebutuhan diantara manusia, ucapan yang hak serta tidak peduli baik hidupnya susah atau pun senang. Wahai Ahmad! Apakah engkau tahu kapan seorang hamba dekat denganku? Nabi saw. menjawab: Tidak wahai Tuhanku. Tuhan berfirman: jika dia dalam keadaan lapar dan sujud”.

 

Empat Kekhususan Tuhan berfirman kepada nabi mulia islam saw.: wahai Ahmad! Demi kemuliaan dan keagunganku, setiap hamba yang melakukan empat perkara maka aku akan memasukan dia ke dalam surga. Empat perkara tersebut sebagai berikut:

1.Menjaga lisannya dari ucapan yang tidak perlu dan tidak bermanfaat baginya.

2.Menjaga hatinya dari penyakit was-was.

3.Menyadari bahwa aku mengetahui keadaannya dan melihat kepadanya.

4.Laparnya menjadikan dia menjadi belahan mataku. Kemudian Tuhan berfirman kepada kekasihNya Muhammad saw.: “Wahai Ahmad! Jika engkau telah merasakan manisnya lapar, diam, kesendirian serta apa yang diwariskan ( keutamaan ) dari itu semua. Nabi saw. berkata: wahai Tuhanku! Apa keutamaan dari lapar? 

Tuhan berfirman: hikmah, menjaga hati, dekat kepadaku, kesedihan yang terus menerus, sedikit kebutuhan diantara manusia, ucapan yang hak serta tidak peduli baik hidupnya susah atau pun senang. Wahai Ahmad! Apakah engkau tahu kapan seorang hamba dekat denganku? Nabi saw. menjawab: Tidak wahai Tuhanku. Tuhan berfirman: jika dia dalam keadaan lapar dan sujud”.

 

Warisan Yang Berharga Wahai Ahmad! Jika engkau mengetahui betapa manisnya lapar dan diam serta betapa banyak efek positif dari keduanya. Nabi saw. bertanya: wahai Tuhanku! Apa keutamaan serta efek dari lapar dan diam?

 

Tuhan menjawab bahwa efek dari keduanya adalah sebagai berikut:

 

1.Hikmah : yaitu bahwa lapar dan diam merupakan pendahuluan atau salah satu syarat untuk mendapat hikmah serta ilmu hakekat

 

2.Menjaga Hati : artinya bahwa dalam semua keadaan ikhtiar hati manusia berada ditangannya.

 

3.Dekat kepadaku : lewat lapar dan diam seorang hamba bisa dekat kepadaku dan meraih kedekatan maknawi.

 

4.Kesedihan yang lama : kondisi sedih merupakan kondisi yang terpuji ( pada kesepatan yang akan datang akan dibahas masalah keutamaan sedih ) dan kondisi ini muncul ketika manusia lapar dan diam.

 

5.Sedikit kebutuhan diantara manusia

 

6.Ucapan yang hak : yaitu disebabkan dia tidak memiliki sifat rakus terhadap harta orang lain, maka dimana saja dia bisa berkata hak dan sama sekali tidak memiliki rasa takut dan khawatir dari siapapun.

 

7.Dia tidak peduali apakah kehidupannya penuh dengan kesulitan atau kesenangan; artinya manusia yang sedikit banyak kebutuhannya dia tidak banyak berfikir baik kaya atau miskin.

 

Kemudian Tuhan berfirman: wahai Ahmad! Apakah engkau tahu kapan seorang hamba dekat kepadaku? 

Nabi saw. menjawad: aku tidak tahu wahai Tuhanku. Tuhan berfirman: adalah ketika seorang hamba dalam keadaan lapar atau dalam keadaan sujud, mereka dekat kepadaku. Penjelasan dan Penafsiran Tujuan penciptaan manusia adalah dalam rangka mengantarkan mereka kepada kesempurnaan akhir serta menyampaikan mereka kepada kedudukan abadi dimana untuk bisa mencapai kedudukan tersebut disyaratkan memiliki empat syarat yang telah disebutkan dalam hadits mi’raj sebelumnya dan dengan menjalankan keempat syarat tersebut maka Tuhan akan menjamin mereka untuk masuk ke dalam surga.

 

Dua dari empat syarat tersebut berhubungan dengan enggota badan yang dhahir ( berkenaan dengan lisan dan perut ) dan dua syarat lain berkenaan dengan perkara-perkara hati dan bathin. Salah satu dari dua syarat terkahir memiliki sisi negative artinya menjaga hati dari sifat was-was syetan dan syarat yang lain memiliki sisi positif yang berarti kesadaran manusia akan kehadiran Tuhan dan pengawasanNya terhadap mereka. Alhasil menjalankan dua syarat pertama lebih mudah berbeda dengan dua syarat terakhir, sulit untuk bisa menjalankannya dan membutuhkan kepada latihan bathin yang banyak.

 

Secara mendasar menjaga lisan dari ucapan yang tidak benar dan menjaga perut dari sifat rakus merupakan salah satu jalan untuk melawan syetan. Walau perangkap syetan tidak terbatas kepada lisan dan perut saja, akan tetapi keduanya merupakan alat yang paling kuat bagi syetan dalam rangka membuat manusia menyimpang, sebab barang siapa yang bisa mengontrol perutnya maka dia pun akan bisa mengkontrol syahwatnya dan barang siapa yang mampu menjaga lisannya maka dia akan mudah menjada indra yang lain. Factor paling besar yang menghilangkan kesadaran, perasaan, pengetahuan serta menghilangkan kehadiran hati dari manusia adalah perut yang penuh dengan makanan.

 

Manusia yang perutnya penuh tidak akan bisa berfikir dan tidak akan bisa berhasil dalam belajar serta dia tidak akan bisa meraih kehadiran hati ketika shalat atau ketika melakukan amalan yang lain. Masalah ini sudah terbukti oleh karenanya sudah menjadi yang ma’ruf perumpamaan “ibadahnya orang yang kenyang bagaikan orang yang tamalluk ( proses tukar menukar kepemilikan ) dalam keadaan mabuk”.

[1]Orang yang dalam keadaan mabuk maka dia tidak memiliki kesadaran, oleh sebab itu ketika dia melakukan tamalluk maka perbuatan tersebut tidak bernilai dan tidak sah oleh karena itu doa dan amalan manusia yang kenyang serta beribadah dengan perut yang penuh tidak akan memiliki nilai dan kesahan.

Ketika perut dalam keadaan penuh maka pemahaman serta kesadaran yang menjadi kekhususan manusia akan hilang, persis seperti seekor burung yang kakinya dibebani oleh sesuatu yang berat dimana semakin berat beban tersebut maka akan semakin sulit bagi dia untuk bisa terbang.

Maka pebuhnya perut bagaikan beban yang berat yang diikatkan di kaki burung, yang membuat ruh manusia menjadi tertutup dan menjadi penghalang dia untuk terbang bahkan sebaliknya akan membuat dia jatuh ke dalam materi dan hilangnya cahaya serta kelembutan hati manusiawinya, akibatnya kesempurnaan ruhani tidak akan bisa diraih.

( Alhasil, pengetahuan tentang hubungan antara ruh dengan badan bukanlah perkara yang mudah yang bisa disampaikan dengan kajian yang pendek; akan tetapi kesimpulannya bahwa barang siapa yang perutnya penuh dengan makanan dia akan merasakan bahwa ruhnya tidak mampu untuk terbang dan mencapai puncaknya bagaikan seekor burung yang kakinya terikat oleh beban yang sangat berat ).

 

No comments:

Post a Comment