Imam Ibnul Jauzi rahimahullah Menghabiskan masa Mudanya Untuk Mencari Ilmu
Semoga Allah merahmati Abul Faraj Abdurrahman bin Al-Jauzi (wafat
tahun 597 H.), ketika dia menjelaskan keseriusannya dalam mencari ilmu,
dan dia menghabiskan masa mudanya untuk meraihnya. Dia menyinggung
nikmatnya menggeluti ilmu tersebut, saat ia telah berusia setengah baya
dan telah sempurna ilmunya.
Dia berkata di dalam kitabnya Shaidul Khatir, II:329, “Barangsiapa menghabiskan masa mudanya untuk ilmu, maka pada masa tuanya nanti ia akan memuji hasil dari apa yang telah ia tanam. Dia akan menikmati hasil karya yang telah ia himpun. Dia tidak akan menggubris hilangnya kenyamanan fisik yang ia alami, setelah ia melihat kelezatan ilmu yang telah ia raih. Disamping itu, ia juga merasakan kelezatan saat mencarinya, yang dengannya ia berharap mendapatkan apa yang ia inginkan. Bahkan, bisa jadi berbagai upaya untuk mendapatkan ilmu tersebut lebih terasa nikmat daripada hasil yang telah ia raih.
Dia berkata di dalam kitabnya Shaidul Khatir, II:329, “Barangsiapa menghabiskan masa mudanya untuk ilmu, maka pada masa tuanya nanti ia akan memuji hasil dari apa yang telah ia tanam. Dia akan menikmati hasil karya yang telah ia himpun. Dia tidak akan menggubris hilangnya kenyamanan fisik yang ia alami, setelah ia melihat kelezatan ilmu yang telah ia raih. Disamping itu, ia juga merasakan kelezatan saat mencarinya, yang dengannya ia berharap mendapatkan apa yang ia inginkan. Bahkan, bisa jadi berbagai upaya untuk mendapatkan ilmu tersebut lebih terasa nikmat daripada hasil yang telah ia raih.
Sebagaimana seorang penyair berkata:
Aku berjingkrak-jingkrak saat berharap mendapatkannya
Terkadang impian lebih manis daripada keberhasilan
Aku merenungi keadaan diriku, membandingkannya dengan kondisi
keluargaku yang banyak menghabiskan umur mereka untuk meraih dunia. Aku
menghabiskan masa kecilku dan masa mudaku untuk mencari ilmu.
Aku merasa tidak kehilangan sesuatu seperti yang mereka peroleh,
kecuali sesuatu yang seandainya aku meraihnya, justru aku menyesalinya.
Kemudian aku merenungi keadaanku, dan aku merasa hidupku di dunia ini
lebih baik daripada kehidupan mereka, dan kedudukanku lebih tinggi
dibanding kedudukan mereka. Ilmu yang aku dapatkan pun tidak ternilai
harganya.
Iblis berkata kepadaku, “Kamu lupa terhadap kelelahan dan
begadangmu?” Aku menjawabnya,”Wahai bodoh,terlukanya tangan tidak di
gubris saat melihat ketampanan Yusuf. Dan, jalan yang mengantarkan
kepada seorng teman tidaklah panjang :
Semoga Allah membalas perjalanan kepadanya dengan kebaikan
Walaupun dia membiarkan unta kurus seperti kantong air dari kulit[1]
Sumber: Dahsyatnya Kesabaran Para Ulama, Syaikh Abdul Fatah, Zam-Zam Mata Air Ilmu, 2008
Judul asli: Shafahat min Shabril ‘Ulama’, Syaikh Abdul Fatah, Maktab Al-Mathbu’at Al-Islamiyyah cet. 1394 H./1974 M.
Judul asli: Shafahat min Shabril ‘Ulama’, Syaikh Abdul Fatah, Maktab Al-Mathbu’at Al-Islamiyyah cet. 1394 H./1974 M.
Artikel www.KisahMuslim.com
No comments:
Post a Comment