أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن
محمدا رسول الله
JATI DIRI MANUSIA
[1] Manusia diciptakan dari cahaya,
diisi dengan cahaya, dibungkus dengan cahaya, didekatkan dengan cahaya,
dikuatkan dengan cahaya, serta ditempatkan di sumber cahaya. Manusia berasal dari
Cahayanya Cahaya Maha Cahaya. Allah adalah Cahaya Maha Cahaya, petunjuk-Nya
adalah Cahaya, kalam-Nya adalah Cahaya. Allah memberikan cahaya-Nya pada siapa
saja yang Ia kehendaki di antara hamba-Nya.
[2] Semua makluk diciptakan tak
ubahnya seperti garam didalam laut. Nama-wujud-sifat-gerak-ilmu-semuanya, bukan
garam melainkan laut itu sendiri. "Inna rabbaka ahad - Sesungguhnya
Tuhanmu meliputi segala manusia[1]" [1] QS. Al Israa': 60.
[3] Ketahuilah bahwasannya
masterpeace ciptaan Allah adalah manusia. Al-Qur’an, Islam, surga-neraka,
langit-bumi, malaikat- iblis, Jin, dan seluruh makluk lain adalah komponennya.
Manusia adalah sebaik-baik ciptaan “Laqad khalaqnaa al-insaana fii ahsani
taqwiimin – Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya[1]”. Dan kepada manusia, Allah sendirilah yang meniupkan
ruh-Nya, “Fa-idzaa sawwaytuhu wanafakhtu fiihi min ruuhii - Maka apabila telah
Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya ruh-Ku[2]”. [1] QS. At Tiin:
4. [2] QS. Shaad: 72.
[4] Dalam tiap diri manusia itu ada
sebuah kaum yang beraneka ragam sifatnya, sehingga apabila Al-Qur’an mengatakan
“Ya Ayyuhalladzina 'Amanu”, “Ya ayyuhal kafirun”, “Ya ayyuhal munafiqun”,
“musyrikuun”, “Nashoro” atau “Yahuda”-itu semua menyebut diri kita sendiri.
Bukan kita yang beriman, orang lain dikafirkan, orang lain dimunafikan. Bukan
kita yang muslim kemudian orang yang berbeda keyakinan dengan kita diyahudikan
atau dikristenkan.
[5] Manusia belum tentu konstan
berlaku sebagai manusia, bisa juga pada momentum tertentu, pada kondisi
psikologis tertentu, pada situasi perhubungan sosial tertentu, pada peristiwa
tertentu, manusia berlaku sebagai monster, kanibal, hewan, setan atau bahkan
iblis.
[6] Iblis berasal dari Segitiga
Bermuda. Apakah Segitiga Bermuda? Dimana Segitiga Bermuda? Segitiga Bermuda
adalah nafsu manusia, yaitu “Nafsu Amarah”, “Nafsu Lauwamah” dan “Nafsu
Mulhimah”. Karena ketiga nafsu itu berada di hati manusia, sungguh berhati-hatilah
engkau dari padanya.
[7] Cukuplah Allah sebagai Tuan
Rumah (hati) mu, dan Muhammad sebagai penjaga pintunya.
[8] Dalam keadaan sakratul maut, Si
Fulan tiba-tiba merasa dirinya berada di depan sebuah pintu gerbang langit. Dan
diketuknya pintu gerbang langit.
“Siapa di situ?” ada suara dari
dalam.
Lalu Si Fulan menjawab, “Saya,
Tuan.”
“Siapa kamu?” “Fulan, Tuan.”
“Apakah itu namamu?” “Benar, Tuan.”
“Aku tidak bertanya namamu. Aku
bertanya siapa kamu.”
“Saya Fulan Bin Fulan”
“Aku tidak bertanya kamu anak siapa.
Aku bertanya siapa kamu.” “Saya seorang pejuang” “Aku tidak menanyakan
pekerjaanmu. Aku bertanya siapa kamu?” “Saya seorang Muslim, pengikut
Rasulullah SAW.” “Aku tidak menanyakan agamamu. Aku bertanya siapa kamu.” “Saya
ini manusia. Saya setiap hari sholat lima waktu dan saya suka kasih sedekah.
Setiap Ramadhon saya juga puasa dan bayar zakat.” “Aku tidak menanyakan
jenismu, atau perbuatanmu. Aku bertanya siapa kamu.” Fulan tidak bisa menjawab.
Ia berbalik dari pintu gerbang langit, gagal masuk kedalamnya karena tidak
mengenal siapa dirinya. Ada kalimat yang agung mengatakan, “Barang siapa
mengenal dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya”. “Man ‘Arafa Nafsahu, Faqad
‘Arafa Rabbahu”.
[9] Tidak ada sejentik ruangan dalam
hati manusia yang tidak diisi oleh kekuasaan Allah, walaupun sejentik itu berupa
kekafiran terhadap Allah sendiri[1]. “Dan Tuhanmu mengetahui apa yang
disembunyikan dalam dada mereka dan apa yang mereka nyatakan[2]”. [1] Sifat
kafir dan mukmin yang ada didalam hati semua manusia adalah kekuasaan Allah.
[2] QS. Al Qashash: 69, demikian juga terdapat di QS. An Naml: 74.
[10] " Dan Kami tampakkan
Jahanam pada hari itu kepada orang-orang kafir dengan jelas, yaitu orang-orang
yang matanya dalam keadaan tertutup dari zikir terhadap tanda-tanda
kebesaran-Ku, dan adalah mereka tidak sanggup mendengar
[1] ”. Tahukah engkau siapa yang
disebut kafir? ‘Kafir’ bukanlah orang yang berbeda agama (diluar Islam), tetapi
‘kafir’
[2] adalah siapa saja
[3], termasuk orang yang muslim
sekalipun yang mata dan telinga qalbu didalam dadanya tidak berfungsi. ”Fa-innahaa
laa ta'maa al-abshaaru walaakin ta'maa alquluubu allatii fii alshshuduuri -
Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati
yang di dalam dada,
[4]. Kekafiran dan keimanan bisa
menimpa qalbu semua orang ibarat bumi tertimpa malam. Ada permukaan bumi yang
lebih panjang malam dari pada siang, dan ada permukaan bumi yang lebih panjang
siang dari pada malam, dan ada pula permukaan bumi yang hanya tertimpa malam
saja, atau siang saja.
Sesungguhnya yang demikian terdapat
ayat-ayat Allah bagi mereka yang mau menggunakan pikiran.
[1] QS. Al Kahfi: 100-101.
[2] Asal kata ‘kafir’ atau ‘kufur’
adalah ‘kafara’ yang artinya tertutup. Kata ini kemudian diserap dalam bahasa
Inggris menjadi ‘cover’, artinya penutup.
[3] Predikat kafir bisa menimpa
siapa saja dan kapan saja, walaupun seorang telah melakukan amal ibadah bukan
berarti suatu saat ia tidak bisa tertimpa kekafiran.
[4] QS. Al Hajj: 46.
No comments:
Post a Comment