Saturday, October 26, 2013

HIJAB YANG PALING BESAR

أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله

 

Para ahli makrifat menyebutkan, bahwa "ilmu adalah hijab yang paling besar" sehingga seseorang tidak boleh berlama-lama dalam kedudukan (maqam) ini.

 

Yang dimaksud "ilmu" disini adalah pengetahuan yang diperoleh melalui akal.

 

Hijab ini adalah hijab yang khas bagi manusia yang mampu ia ketahui secara rasional, sehingga segala sesuatu yang telah ia ketahui dengan akalnya, harus segera ia luluhkan, ia torehkan pada instrumen jiwa yang lain.

 

Instrumen jiwa yang memiliki kapasitas dan kemampuan untuk mencapai jenis pengetahuan lain yang tak dapat dijangkau oleh pemahaman akal.

 

Dengan begitu seseorang akan dapat melepaskan dirinya dari semua ikatan atau hijab ilmu yang diperolehnya.

 

Kalau pendengaran dan penglihatan adalah sarana bagi akal untuk memperoleh ilmu dan pengetahuan, maka instrumen jiwa lainnya yang memiliki kapasitas untuk memperoleh ilmu atau hikmah adalah "hati".

 

Al-Qur'an menggunakan tiga istilah yang berbeda yang menunjukkan tentang hati, yaitu al fuâd, al qalb, dan al shudr.

 

Ketiganya merupakan istilah yang berbeda tetapi mengacu pada satu hakikat, yaitu hakikat dasar manusia, hati. Masing-masing menunjukkan perbedaan "karakter" sesuai dengan perbedaan keadaan hati.

 

Dalam tulisan ini cukuplah untuk sementara kita menggunakan istilah hati. "Dan Allah mengeluarkan kalian dari keadaan tidak mengetahui sesuatupun. Dan dia memberi kalian pendengaran, penglihatan dan hati, semoga kalian bersyukur". (Surat An-Nahl [16] : 78)

 

Ayat ini menunjukkan kepada kita, bahwa sarana bagi jiwa untuk memperoleh pengetahuan sebagai bekal kesempurnaannya adalah melalui pendengaran, penglihatan, dan hati.

 

Dan orang-orang yang bersyukur adalah mereka yang menggunakan sarana tersebut untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan mencapai pemahaman mengenai hakikat penciptaannya.

 

Dengan demikian akal bukanlah satu-satunya cara atau sarana untuk mengetahui sesuatu. Dalam tasawuf atau di kalangan ahli makrifat, sebagaimana kita maklum, seseorang bisa mengetahui sesuatu dengan tidak melalui akal, tidak pula lewat penginderaan, tetapi lewat cara yang disebut "riyadhah", pendekatan diri kepada Allah, dimana jiwa mengerahkan seluruh kemampuan dan "potensi positif" hati dengan kedisiplinan dan ke"ajeg"an (istiqomah) untuk memperoleh limpahan karunia sesuai kehendak-Nya.

Menurut ahli makrifat, hati adalah tempat perubahan dan pasang surut yang konstan.

 

Di dalam hati terjadi pertempuran antara dorongan hawa nafsu (hawâ) yang menjerembabkan jiwa (nafs) ke dalam kehinaan dengan tarikan ruh yang membawa jiwa kepada kesucian.

 

Hubungan saling mempengaruhi antara jiwa dengan hawa nafsu adalah melalui hati, sebagaimana hubungan antara jiwa dengan limpahan manifestasi Ilahiah (rûh) juga melalui hati.

 

Ini berarti limpahan ruh Ilahi ke dalam hati akan mempengaruhi aktivitas jiwa dan perwujudan sifat-sifat terpuji dan kesuciannya, dan sebaliknya kesucian jiwa, tidak akan membiarkan sedikitpun "ruang" di dalam hati disusupi oleh hawa nafsu. Jiwa akan selalu memperkuat hati dengan selalu membukanya untuk menerima limpahan ruh dan pengajaran dari-Nya. "Dan segala yang Kami sampaikan kepadamu dari cerita Rasul-Rasul yang dengannya Kami kuatkan hatimu, dan dalam cerita itu telah datang kepadamu kebenaran, pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman". (Surat Huud [11] : 120)

 

Demikian pula dengan jiwa yang menampakkan aktivitas dan perwujudan sifat-sifat yang rendah adalah cermin dari pengaruh hati yang diisi dan ditundukkan oleh hawa nafsu, dan sebaliknya hati yang dikuasai hawa nafsu akan menutup dirinya dari cahaya petunjuk, karena jiwa yang selalu mengajaknya kepada kegelapan.

 

"Dan mereka berkata, "Hati kami tertutup dari apa yang kamu seru kami kepada-Nya ... " (Surat Fushshilat [41] : 5) Dengan demikian, bisa kita pahami bahwa hati adalah instrumen jiwa yang sanggup mencapai pengetahuan dan limpahan ruh Ilahi, sepanjang ia -hanya selalu- membuka dirinya untuk menerima pancaran cahaya-Nya.

 

Ketika cahaya ini masuk ke dalam hati, maka ia akan menghilangkan tabir yang menutupi mata batin, sehingga pengetahuan tentang Allah (makrifat) -Sang Sumber Ilmu- dapat singgah di dalam hati. Para ahli makrifat menyebut keadaan hati seperti ini dengan istilah kasyf (penyingkapan). Dengan rahmat-Nya yang tak terbatas, Allah melimpahkan kepada hamba-Nya pengungkapan diri-Nya (tajalli) ke dalam hati hamba-Nya. Ada sebuah hadis qudsi yang menyatakan, "Meskipun langit dan bumi tidak sanggup memuat-Nya, tapi hati manusia -hamba-Nya- justru sanggup memuat-Nya".

 

Hati semacam ini adalah hati seorang hamba yang dipenuhi oleh berbagai hakikat Ilahiah, manifestasi Ilahiah dalam bentuk penyingkapan Nama-Nama-Nya dan Sifat-Sifat-Nya. Pengungkapan diri-Nya ke dalam hati hamba-Nya, merupakan anugerah, yang Allah limpahkan kepada manusia agar Ia dapat disaksikan. Ahli makrifat mengatakan bahwa terjadi berbagai penyingkapan yang merasuk ke dalam hati. Atas kehendak-Nya, Allah mengungkapkan diri-Nya lewat satu Nama Keindahan-Nya yang akan menimbulkan kemanisan dan kesenangan, atau lewat salah satu Nama Keagungan-Nya yang akan melahirkan ketakziman dan ketakutan. Singkatnya, karena Dia adalah Yang Maha Takterbatas, maka penyingkapan ini tidak pernah berulang secara sama dan tidak pula pernah berakhir. Setiap orang adalah unik, oleh karena itu masing-masing penyingkapan juga unik. Jadi tidak ada dua orang yang merasakan pengalaman tajalli yang sama.

Hanyalah yang "merasakan" yang mengetahuinya, dan mereka yang "tidak merasakan" tidak bakal mengetahui. Tajalli melampaui ungkapan kata-kata. Namun demikian -bagaimana pun- penyaksian hati ini tetaplah menunjukkan bahwa "yang melihat", "Yang Dilihat", dan "cahaya yang menghubungkan" keduanya, merupakan tiga hal yang berbeda dan melahirkan keberagaman.

 

Padahal "Penyaksian di dalam ke -Esa- an-Nya" tidak mengizinkan keragaman seperti itu. Jadi mesti ada "langkah pelampauan" sampai pada satu titik yang dengannya tauhid (penyatuan) bisa dicapai. Karena itu, titik tauhid (sejati) ini hanya bisa dicapai melalui penghancuran (fana'i) "diri yang mengetahui" di di dalam "Dzat yang diketahui.”

Read more at: http://alifbraja.blogspot.com/2012/10/hijab-yang-paling-besar.html

Ibnu Araby Dalam Kitab Khatamul Auliya' 5 8/17/2013 أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله Dengan adanya tingkatan-tingkatan tadi, apa saja kriterianya sehingga… Ibnu Araby Dalam Kitab Khatamul Auliya' 3 8/17/2013 أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله Lahiriyah dan sekaligus Batiniyah: Pertama, diam, secara lahiriyah… Headlines by FeedBurner Halaman Beranda VIDEO Syiah Membuat Ka_bah Sendiri Di IRAK kajian AL HIKAM KITAB Afdhal Al Shalawat ala Sayyid Al Saadah KITAB Kaifiyyah Al Wushul li ru'yah Al Rasul KITAB Download Dalail Khayrat Hadist Sohih ALAM SEMESTA & KETUHANAN Makkah & Madinah Live TV Fish Shvoong Summaries and Short Reviews Hosting Gratis Feedjit Subscribe in a reader

Read more at: http://alifbraja.blogspot.com/2012/10/hijab-yang-paling-besar.html
Copyright © ALIFBRAJA|alifbraja.blogspot.com Under Common Share Alike Atribution

hijab yang paling besar أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله Para ahli makrifat menyebutkan, bahwa "ilmu adalah hijab yang paling besar" sehingga seseorang tidak boleh berlama-lama dalam kedudukan (maqam) ini. Yang dimaksud "ilmu" disini adalah pengetahuan yang diperoleh melalui akal. Hijab ini adalah hijab yang khas bagi manusia yang mampu ia ketahui secara rasional, sehingga segala sesuatu yang telah ia ketahui dengan akalnya, harus segera ia luluhkan, ia torehkan pada instrumen jiwa yang lain. Instrumen jiwa yang memiliki kapasitas dan kemampuan untuk mencapai jenis pengetahuan lain yang tak dapat dijangkau oleh pemahaman akal. Dengan begitu seseorang akan dapat melepaskan dirinya dari semua ikatan atau hijab ilmu yang diperolehnya. Kalau pendengaran dan penglihatan adalah sarana bagi akal untuk memperoleh ilmu dan pengetahuan, maka instrumen jiwa lainnya yang memiliki kapasitas untuk memperoleh ilmu atau hikmah adalah "hati". Al-Qur'an menggunakan tiga istilah yang berbeda yang menunjukkan tentang hati, yaitu al fuâd, al qalb, dan al shudr. Ketiganya merupakan istilah yang berbeda tetapi mengacu pada satu hakikat, yaitu hakikat dasar manusia, hati. Masing-masing menunjukkan perbedaan "karakter" sesuai dengan perbedaan keadaan hati. Dalam tulisan ini cukuplah untuk sementara kita menggunakan istilah hati. "Dan Allah mengeluarkan kalian dari keadaan tidak mengetahui sesuatupun. Dan dia memberi kalian pendengaran, penglihatan dan hati, semoga kalian bersyukur". (Surat An-Nahl [16] : 78) Ayat ini menunjukkan kepada kita, bahwa sarana bagi jiwa untuk memperoleh pengetahuan sebagai bekal kesempurnaannya adalah melalui pendengaran, penglihatan, dan hati. Dan orang-orang yang bersyukur adalah mereka yang menggunakan sarana tersebut untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan mencapai pemahaman mengenai hakikat penciptaannya. Dengan demikian akal bukanlah satu-satunya cara atau sarana untuk mengetahui sesuatu. Dalam tasawuf atau di kalangan ahli makrifat, sebagaimana kita maklum, seseorang bisa mengetahui sesuatu dengan tidak melalui akal, tidak pula lewat penginderaan, tetapi lewat cara yang disebut "riyadhah", pendekatan diri kepada Allah, dimana jiwa mengerahkan seluruh kemampuan dan "potensi positif" hati dengan kedisiplinan dan ke"ajeg"an (istiqomah) untuk memperoleh limpahan karunia sesuai kehendak-Nya. Menurut ahli makrifat, hati adalah tempat perubahan dan pasang surut yang konstan. Di dalam hati terjadi pertempuran antara dorongan hawa nafsu (hawâ) yang menjerembabkan jiwa (nafs) ke dalam kehinaan dengan tarikan ruh yang membawa jiwa kepada kesucian. Hubungan saling mempengaruhi antara jiwa dengan hawa nafsu adalah melalui hati, sebagaimana hubungan antara jiwa dengan limpahan manifestasi Ilahiah (rûh) juga melalui hati. Ini berarti limpahan ruh Ilahi ke dalam hati akan mempengaruhi aktivitas jiwa dan perwujudan sifat-sifat terpuji dan kesuciannya, dan sebaliknya kesucian jiwa, tidak akan membiarkan sedikitpun "ruang" di dalam hati disusupi oleh hawa nafsu. Jiwa akan selalu memperkuat hati dengan selalu membukanya untuk menerima limpahan ruh dan pengajaran dari-Nya. "Dan segala yang Kami sampaikan kepadamu dari cerita Rasul-Rasul yang dengannya Kami kuatkan hatimu, dan dalam cerita itu telah datang kepadamu kebenaran, pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman". (Surat Huud [11] : 120) Demikian pula dengan jiwa yang menampakkan aktivitas dan perwujudan sifat-sifat yang rendah adalah cermin dari pengaruh hati yang diisi dan ditundukkan oleh hawa nafsu, dan sebaliknya hati yang dikuasai hawa nafsu akan menutup dirinya dari cahaya petunjuk, karena jiwa yang selalu mengajaknya kepada kegelapan. "Dan mereka berkata, "Hati kami tertutup dari apa yang kamu seru kami kepada-Nya ... " (Surat Fushshilat [41] : 5) Dengan demikian, bisa kita pahami bahwa hati adalah instrumen jiwa yang sanggup mencapai pengetahuan dan limpahan ruh Ilahi, sepanjang ia -hanya selalu- membuka dirinya untuk menerima pancaran cahaya-Nya. Ketika cahaya ini masuk ke dalam hati, maka ia akan menghilangkan tabir yang menutupi mata batin, sehingga pengetahuan tentang Allah (makrifat) -Sang Sumber Ilmu- dapat singgah di dalam hati. Para ahli makrifat menyebut keadaan hati seperti ini dengan istilah kasyf (penyingkapan). Dengan rahmat-Nya yang tak terbatas, Allah melimpahkan kepada hamba-Nya pengungkapan diri-Nya (tajalli) ke dalam hati hamba-Nya. Ada sebuah hadis qudsi yang menyatakan, "Meskipun langit dan bumi tidak sanggup memuat-Nya, tapi hati manusia -hamba-Nya- justru sanggup memuat-Nya". Hati semacam ini adalah hati seorang hamba yang dipenuhi oleh berbagai hakikat Ilahiah, manifestasi Ilahiah dalam bentuk penyingkapan Nama-Nama-Nya dan Sifat-Sifat-Nya. Pengungkapan diri-Nya ke dalam hati hamba-Nya, merupakan anugerah, yang Allah limpahkan kepada manusia agar Ia dapat disaksikan. Ahli makrifat mengatakan bahwa terjadi berbagai penyingkapan yang merasuk ke dalam hati. Atas kehendak-Nya, Allah mengungkapkan diri-Nya lewat satu Nama Keindahan-Nya yang akan menimbulkan kemanisan dan kesenangan, atau lewat salah satu Nama Keagungan-Nya yang akan melahirkan ketakziman dan ketakutan. Singkatnya, karena Dia adalah Yang Maha Takterbatas, maka penyingkapan ini tidak pernah berulang secara sama dan tidak pula pernah berakhir. Setiap orang adalah unik, oleh karena itu masing-masing penyingkapan juga unik. Jadi tidak ada dua orang yang merasakan pengalaman tajalli yang sama. Hanyalah yang "merasakan" yang mengetahuinya, dan mereka yang "tidak merasakan" tidak bakal mengetahui. Tajalli melampaui ungkapan kata-kata. Namun demikian -bagaimana pun- penyaksian hati ini tetaplah menunjukkan bahwa "yang melihat", "Yang Dilihat", dan "cahaya yang menghubungkan" keduanya, merupakan tiga hal yang berbeda dan melahirkan keberagaman. Padahal "Penyaksian di dalam ke -Esa- an-Nya" tidak mengizinkan keragaman seperti itu. Jadi mesti ada "langkah pelampauan" sampai pada satu titik yang dengannya tauhid (penyatuan) bisa dicapai. Karena itu, titik tauhid (sejati) ini hanya bisa dicapai melalui penghancuran (fana'i) "diri yang mengetahui" di di dalam "Dzat yang diketahui". Enhanced by Zemanta Diposkan oleh alif braja di 04.20 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook Reaksi: Tidak ada komentar: Poskan Komentar Link ke posting ini Buat sebuah Link Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom) Selamat Datang Di Blog ALIF BRAJA Translate Powered by Translate Arsip Blog ▼ 2012 (1471) ► Juni (375) ► Juli (475) ► Agustus (205) ► September (201) ▼ Oktober (207) KONTAK BATHINIYAH Para Wali Melindungi dan Mengawasi Setiap Orang Allah berseru pada hamba-Nya, Ciri Waliyulloh dan Tawassul Menembus Dimensi Kewa... PENAFSIRAN SUFI ATAS ‘AYAT CAHAYA Makna Wahyu Jenis dan Tingkatan Jihad Ilmu Huduri Ilmu Hakekat A Z A L I Perjalanan Jiwa 1 Perjalanan jiwa (2) Hakekat Kalam terdalam 1 Kalam terdalam 2 s/d 4 Kalam terdalam 5 s/d 8 Perjalanan jiwa (3) Perjalanan jiwa (4) TUJUH NUR Nama diri Rahasia Allah Benarkah Hawa Memujuk Adam Memakan Buah Khuldi ? Ringkasan hadis dan Bukti Islam serta Kristian ada... Keutamaan orang Islam yang Lemah dan Fakir Mendamaikan diantara Manusia Tawassul Dan Wasilah 1 Tawassul Dan Wasilah 2 Pandangan Para Ulama’ Tentang Tawassul SKEMA WASILAH Pemahaman Dzikir SEJARAH PEMBERIAN NAMA THARIQAH Kitab Istiqal Tarekat Qadiriyyah-Naqhsabandiyyah Kitab Istiqal BAB 1 Kitab Istiqal BAB 7 BAGIAN 1 Kitab Istiqal BAB 2 Kitab Istiqal BAB 3 KITAB ISTIQAL BAB 5 BAGIAN 2 Kitab Istiqal BAB 6 BAGIAN 1 Kitab Istiqal BAB 5 BAGIAN 1 Kitab Istiqal BAB 4 BAGIAN 2 Kitab Istiqal Bab 4 BAGIAN 1 Kitab Istiqal BAB 6 BAGIAN 3 Kitab Istiqal BAB 5 BAGIAN 3 Kitab Istiqal BAB 6 BAGIAN 2 Kitab Istiqal BAB 7 BAGIAN 2 Kitab Istiqal BAB 7 BAGIAN 3 Kitab Istiqal BAB 8 Kitab Istiqal BAB 8 BAGIAN 1 KITAB ISTIQAL BAB 8 BAGIAN 2 KITAB ISTIQAL BAB 8 BAGIAN 3 KITAB ISTIQAL BAB 8 BAGIAN 4 KITAB ISTIQAL BAB 9 KITAB ISTIQAL BAB 9 BAGIAN 1 KITAB ISTIQAL BAB 9 BAGIAN 2 KITAB ISTIQAL BAB 9 BAGIAN 3 KITAB ISTIQAL BAB 9 BAGIAN 4 KITAB ISTIQAL BAB 9 BAGIAN 5 Glosarium KITAB ISTIQAL Gambar Dan Ucapan Terima Kasih untuk Tesis KITAB I... BAJU “ALLAH” DARI DZAT YANG MAHA AGUNG Rahasia segala hakikat Al-Qur'an menjelaskan Tentang shalat Arti kata Shalat Tata cara mengerjakan shalat dalam Al-Qur’an Waktu waktu “mengerjakan” shalat. AGAMA ISLAM ZAD AL-MA ‘AD KARYA KRITIS IBN QAYYIM AL-JAUZIYYAH... Ketika Rahasia Tetaplah Rahasia AKU MERASA RIDHA DENGAN KETENTUAN TUHANKU ALLAH MAHA NYATA (AD-DZAHIR ) Tanya Jawab Tentang Thariqat ZUHUD YANG SEBENARNYA BILA AKU CERITAKAN NISCAYA HALAL DARAHKU Kitab Istiqal BAB 7 Kitab Istiqal BAB 4 BAGIAN 3 Munajat Para Sufi Jejak Ma'rifat 2 Seorang Pemimpin dan Maksiat Rakyatnya Lima Kebutuhan Penting Yang Harus Dijaga Oleh Kaum... Kisah Dari Keikhlasan Para Salaf Pilihan Allah Itulah jadi yang Terbaik hakekat IBLIS 3 TINGKAT KEYAKINAN BAGIAN 1 TINGKATAN ZIKIR Huruf BA’ – Bahr Al Qudra Khodam Siapa IBLIS ? Kitab Akhir Zaman 1 Kitab Akhir Zaman 2 Kitab Akhir Zaman 3 Kitab Akhir Zaman 4 Kitab Akhir Zaman 5 kitab akhir zaman 6 kitab akhir zaman 7 kitab akhir zaman 8 kitab akhir zaman 9 Nama Indah Rasulullah saw Al,muntahi (bagian 1) Al,muntahi (bagian 2) Al,muntahi (bagian 3) Al-Muntahi (bag. 5) Al-Muntahi (Bag.4) Al-Muntahi (bag.6) Al,muntahi (bag. 7 ) Al Muntahi (bag. 8) Al Muntahi (bag. 9) Al Muntahi (bag. 10) Al Muntahi (bag. 12) Al Muntahi (bag. 13) Al Muntahi (bag. 14) Almuntahi ( Bag. 15 selesai ) Al,muntahi (bag 11 ) Kesalahan Sejarah tentang Syaikh Siti Jenar Langit Kiblat Do'a Tingkatan Dimensi Alam Semesta Nur Al Haq KETUHANAN: Nur Al ILMU PELURUSAN KISAH NABI IBRAHIM nahwu lisan dan nahwu hati Mau Menghancurkan Kubah Masjid Nabawi, Disambar pe... Syarah Usul Al-Tahqiq Nafas Dan ILMU-NYA AL-QUR’AN DALAM DIRI MANUSIA Status tentang Nafas MISYKATUL ANWAR NUR MUHAMMAD DALAM HAKEKAT USUL DIRI LA SAUTIN WALA HARFUN Mengenal Diri HAKEKAT Sholat Sholat dalam pandangan Ilmu Hakekat MANUSIA DALAM PANDANGAN HAKEKAT Al-Qur’an Dalam Pandangan Hakekat titik yang berada dibawah huruf Ba’ Ketika BASMALAH di turunkan ALLAH, MUHAMMAD, ISLAM, ALQURAN DAN SHOLAT Al-Ittihad Nur Muhammad Memahami Nama ‘Hu’/'Huwa’ Durun Nafis 1 Durun Nafis 2 Durun Nafis 3 Durun Nafis 4 Durun Nafis 5 Durun Nafis 6 ZAKAR & FARAJ Misteri Al Hallaj Hati SARABA AMPAT DAN MAKNANYA KITAB TOK GURU peramu KITAB ARWAH TO ' KU PALOH KITAB ILMU tahqiq MANHALU Shofi FI BAYAANI RISALAH AL SYEIKH WAN AHMAD BIN ZAIN MUSTAFA AL Fa... KITAB AL RISALATUL LIDUNIYYAH (1) KITAB AL RISALATUL LIDUNIYYAH (2) KITAB AL RISALATUL LIDUNIYYAH (3) Kasyful Asrar KITAB RISALAH TASAWWUF pendapat para ulama tentang nur muhammad PERBEDAAN SYARIAT, THORIQOH, HAQIQAH DAN MA’RIFAT NASHOIHUL IBAD ( BAGIAN 3 ) NASHOIHUL IBAD ( BAGIAN 2 ) NASHOIHUL IBAD (1) NASHOIHUL IBAD (4) NASHOIHUL IBAD (5) WALIYULLAH DAN CIRI-CIRINYA hal rahasia diri Penjelasannya Lafadz-lafadz Shalawat MAKNA BISMILLAH HAKIKAT SYAHADAT DAN HAKIKAT SOLAT HAKIKAT SOLAT RAHASIA MENGENAL DIRI KITAB USUL DIRI -ZIKIR 1 KITAB USUL DIRI -ZIKIR 2 ALAM SEMESTA DAN DIRI MANUSIA SEBAGAI AYAT-AYAT AL... TUJUH BUAH JALAN-TUJUH LAPIS LANGIT-TUJUH TINGKATA... JATI DIRI MANUSIA BERTAUHID BERTAUHID 1 WUJUD ALLAH TENTANG ALLAH, TAUHID DAN MANUNGGALING KAWULA GUST... Makna Ihsan Pendapat Ki Cantula AJARAN TENTANG PENERAPAN RUKUN IMAN, ISLAM DAN IHS... Shalat Menurut Syaikh Siti Jenar Pendapat Syekh Siti Jenar Shalat lima waktu menurut Syekh Siti Jenar AL IHSAN AL ILLAHIYYAH hijab yang paling besar Tingkat Keyakinan dalam menuju Allah Syahadat menurut Syekh siti jenar KAFIR KEPADA ALLAH Rahasia diam Allah Muhammad Adam Lauhul Mahfuz Tingkatan Dalam Islam KEDUDUKAN DAN MAKRIFAT AHLI ZUHUD KELOMPOK-KELOMPOK YANG MASUK SURGA SOLAT DAN KETERANGANNYA Nikah Batin : Penyatuan jasad dan Roh. ALAM MAKHLUK Persoalan Mengenai Kedatangan Roh Jawaban atas penentang golongan sufi atau golongan... PANGKAT MULIA DISISI ALLAH TAWASSUL Ubun-ubun HAKIKAT YANG TERSEMBUNYI Ringkasan sejarah empat anasir Kejadian Manusia Ta... Tuhan dan Kemanusiaan kubur ► November (8) ► 2013 (110) KETUHANAN Hubungan MANUSIA & TUHAN Powered By Blogger Temukan kami di Google+ Add to Google Mengenai Saya Foto Saya alif braja Tidak ada yang nyata kecuali Allah, la hayyun, la samiun, la bashirun, la muridun, la kadirun, la mutakallimun, la ilmun, .. BILL HAQQI ILLALLAH. Lihat profil lengkapku Element By ALIF BRAJA Your browser does not support frame. Kirim SMS Gratis FeedBurner FeedCount My Headlines KETUHANAN KITAB LAUH MAHFUD 8/17/2013 أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ Lauh Mahfuzh (Kitab Terpelihara)… Ayat-ayat Ma'rifatullah 2 8/17/2013 أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله Secara ringkas, dapat dikatakan bahwa ketauhidan seseorang dalam… Pemikul Arasy 8/17/2013 أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله [Bab Penanggung Arasy] Dengan Allah, Arasy menanggung ar-Rahman,… Ibnu Araby Dalam Kitab Khatamul Auliya' 9 8/17/2013 أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله HIERARKI KEWALIAN Syaikhul Akbar Ibnu Araby dalam kitab… Ibnu Araby Dalam Kitab Khatamul Auliya' 8 8/17/2013 أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله Lalu apa puncak dari tingkatan kewalian itu? Puncak… Ibnu Araby Dalam Kitab Khatamul Auliya' 7 8/17/2013 أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله Lalu tingkatan berikutnya? Tingkatan berikutnya, ada yang disebut… Ibnu Araby Dalam Kitab Khatamul Auliya' 6 8/17/2013 أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله Lalu, siapa saja yang sudah tergolong wali dalam… Ibnu Araby Dalam Kitab Khatamul Auliya' 4 8/17/2013 أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله Al-Afraad, yaitu Wali yang sangat spesial, di luar… Ibnu Araby Dalam Kitab Khatamul Auliya' 5 8/17/2013 أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله Dengan adanya tingkatan-tingkatan tadi, apa saja kriterianya sehingga… Ibnu Araby Dalam Kitab Khatamul Auliya' 3 8/17/2013 أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله Lahiriyah dan sekaligus Batiniyah: Pertama, diam, secara lahiriyah… Headlines by FeedBurner Halaman Beranda VIDEO Syiah Membuat Ka_bah Sendiri Di IRAK kajian AL HIKAM KITAB Afdhal Al Shalawat ala Sayyid Al Saadah KITAB Kaifiyyah Al Wushul li ru'yah Al Rasul KITAB Download Dalail Khayrat Hadist Sohih ALAM SEMESTA & KETUHANAN Makkah & Madinah Live TV Fish Shvoong Summaries and Short Reviews Hosting Gratis Feedjit Subscribe in a reader

Read more at: http://alifbraja.blogspot.com/2012/10/hijab-yang-paling-besar.html
Copyright © ALIFBRAJA|alifbraja.blogspot.com Under Common Share Alike Atribution

No comments:

Post a Comment