....Wangi Bunga menyebar hanya mengikuti arah angin, tetapi Kebaikan seseorang menyebar ke semua arah.... ....Tegakkan Kebenaran di muka bumi dan tebarkan Kebaikan serta Cinta Kasih kapanpun dan dimanapun kita berada.....
Wednesday, October 30, 2013
Allah berseru pada hamba-Nya,
أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله
INGAT ungkapan Imam An-Nifari berikut ini ?
“Siapa yang beramal demi pahala, niscaya akan letih dengan harapan. Siapa yang beramal karena takut siksa, niscaya akan letih dengan prasangka baik. Siapa yang beramal demi Wajah-Nya, niscaya tiada letih baginya.”
(Imam An-Nifari)
Beramal demi ‘wajah-Nya’. Sebenarnya ‘beramal demi wajah-Nya’ cukup jelas ayatnya di Qur’an. Ungkapan sufi besar tersebut kongruen dengan, salah satunya, ayat berikut—yang sayangnya tersamar oleh interpretasi bahasa Indonesianya
Kalau kita perhatikan Al-Quran Surat Al-Lail [92] : 20, biasanya interpretasi bahasa Indonesianya dituliskan sebagai berikut:
“Tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridhaan Tuhannya yang Maha Tinggi.”
Sementara kalau kita perhatikan teks arabnya,
Q.S. 92 : 20
“Illabtighaa’a wajhi rabbihil a’la”
Ada kata ‘wajhi Rabbihi’ (wajah Rabb-nya) di ayat tersebut. Terjemahan literalnya, tanpa interpretasi, sebenarnya adalah,
“Kecuali yang mengharap wajah Rabb-nya yang Mahatinggi.”
“Ibtigha” adalah ‘mengharap’, ‘mengejar’, ‘menghasratkan’, ‘menginginkan’ atau ‘mencari’.
“Mengharap/mencari wajah Rabb-nya”.
Menarik ya?
Dan ayat itu disambung dengan, Q.S. 92 : 21
“(Dan) sungguh, akan meraih keridhaan”
(interpretasi Depag: ‘dan kelak dia sungguh-sungguh akan meraih kepuasan‘) .
” Siapa itu, mereka yang ‘mengejar/mencari wajah Rabb-nya’ itu? Kita sama-sama buka Qur’an surah 92 saja, lah ya?
Masuklah Pada-Ku Seorang Diri
Allah berseru pada hamba-Nya, “Hendaklah engkau bekerja tanpa melihat pekerjaan itu!
Hendaklah engkau bersedekah tanpa memandang sedekah itu!
Engkau melihat kepada amal perbuatanmu, walau baik sekalipun, tak layak bagi-Ku untuk memandangnya. Maka janganlah engkau masuk kepada-Ku besertanya!
Sesungguhnya, jika engkau mendatangi-Ku berbekal amal perbuatanmu, maka akan Aku sambut dengan penagihan dan perhitungan. Jika engkau mendatangi-Ku berbekal ilmu, maka akan Aku sambut dengan tuntutan! Dan jika engkau mendatangi-Ku dengan ma’rifat, maka sambutan-Ku adalah hujjah, padahal hujjah-Ku pastilah tak terkalahkan.
Hendaklah engkau singkirkan ikhtiar (ikut mengatur dan menentukan kehendak-Nya untuk dirimu—red), pasti akan aku singkirkan darimu tuntutan. Hendaklah engkau tanggalkan ilmumu, amalmu, ma’rifat-mu, sifatmu dan asma (nama) mu dan segala yang ada (ketika mendatangi-Ku), supaya engkau bertemu dengan Aku seorang diri.
Bila engkau menemui-Ku, dan masih ada diantara Aku dan engkau salah satu dari hal-hal itu, —padahal Aku-lah yang menciptakan semua itu, dan telah Aku singkirkan semua itu darimu karena cinta-Ku untuk mendekat kepadamu, sehingga janganlah membawa semua itu ketika mendatangi-Ku—, jika masih saja engkau demikian, maka tiada lagi kebaikanmu yang tersisa darimu.
Kalau saja engkau mengetahui, ketika engkau memasuki-Ku, pastilah engkau bahkan akan memisahkan diri dari para malaikat, sekalipun mereka semua saling bahu-membahu untuk membantumu, karena keraguanmu itu (bahwa ada penolongmu dihadapan-Nya selain Dia—red.), maka hendaklah jangan ada lagi penolong selain Aku.
Jangan pernah engkau melangkah ke luar rumah tanpa mengharap keridhaan-Ku, sebab Aku-lah yang menunggumu (di luar rumah—red.) untuk menjadi penuntunmu.
Temuilah Aku dalam kesendirianmu, sekali atau dua kali setelah engkau menyelesaikah shalatmu, niscaya akan Aku jaga engkau di siang dan malam harimu, akan Aku jaga pula hatimu, akan Aku jaga pula urusanmu, dan juga keteguhan kehendakmu.
Tahukah engkau bagaimana caranya engkau datang menemui-Ku seorang diri? Hendaknya engkau menyaksikan bahwa sampainya hidayah-Ku kepadamu adalah karena kepemurahan-Ku. Bukan amalmu yang menyebabkan engkau menerima ampunan-Ku, bukan pula ilmumu.
Kembalikan pada-Ku buku-buku ilmu pengetahuanmu, pulangkan pada-Ku catatan-catatan amalmu, niscaya akan aku buka dengan kedua tangan-Ku, Kubuat ia berbuah dengan pemberkatan-Ku, dan akan kulebihkan semuanya itu karena kepemurahan-Ku.”
(Dari kitab ‘Al-Mawaqif wal Mukhtabat’, Imam An-Nifari, dengan beberapa kalimat yang diperbaiki tata bahasanya.
KELOMPOK-KELOMPOK YANG MASUK SURGA (Bagian 2 .Selesai)
Penafisran Dari Lapar Yang Positif Pujian akan kondisi lapar yang ada dalam riwayat-riwayat bukan berarti membenarkan untuk berada dalam penderitaan lapar secara mutlak, akan tetapi yang dimaksud adalah dalam rangka member kesadaran bagi manusia tentang penghalang-
penghalang yang menghalangi terbangnya ruh manusiawi serta apa yang mengganggu aktifitas-aktifitas ruhani; baik dalam sisi-sisi hudhuri yaitu kesadaran-kesadaran hati atau sisi-sisi hushuli yaitu berfikir dan belajar. Oleh karenanya semakin manusia merasakan lapar sehingga dia tidak bisa berbuat apa-apa menghadapi penderitaan tersebut atau terlalu banyak makan sehingga menghalangi aktifitas-aktifitasnya. Seperti apa yang kemukakan oleh Allamah Thabathabai’ bahwa yang dimaksud dengan riwayat-riwayat semacam ini adalah ringannya perut – sebagai kebalikan dari banyak makan – bukan berarti kelaparan.
Memakan makanan yang dianjurkan selain tidak membahayakan bahkan sangat penting dan perlu untuk kesehatan; akan tetapi juga harus memperhatikan keseimbangan. ( Mengenai menahan lapar sudah banyak dibahas dalam banyak buku dimana orang-orang besar bisa meraih kesempurnaan-kesempurnaan dan maqom-mqaom yang tinggi akibat dari menahan lapar dan untuk menyingkat pembahasan kita cukupkan sampai disini ). Bahwasannya Nabi islam saw.
menanyakan tentang efek dari lapar dan diam dan beliau juga mendapatkan jawabannya, bukanlah berarti bahwa beliau tidak mengetahui tentang masalah tersebut dan belum mengamalkannya ( a’udzubillah ), akan tetapi itu adalah pelajaran bagi hamba-hamba yang lain serta bagi penduduk dunia ini.
Efek Positif Dari Lapar dan Diam :
1.Pengaruh pertama dan warisan yang berharga dari lapar dan diam adalah hikmah; artinya manusia akan bisa sampai kepada hakekat-hakekat serta kenyataan-kenyataan yang tidak bisa diraih oleh yang lain, dimana mereka bisa memahaminya dengan jelas dan terang. Manusia dengan eksperimen-eksperimennya yang terbatas juga bisa merasakan betapa dua masalah ini sangat berpengaruh dalam penyingkapan hakekat-hakekat, seperti yang dirasakan di akhir bulan ramadhan dimana manusia merasakan ruhnya seperti siap terbang dan kesegaran dan kecerahan serta kelezatan-kelezatan maknawi menguasai seluruh wujudnya. Oleh karenanya kita hanya memperhatikan badan dalam rangka berkhidmat untuk terbangnya ruh dan bukan malah menjadi penghalang dan pengganggu terbang dan mi’rajnya ruh serta perhatian ruh terhadap perkara maknawiah dan alam malakut. Akal manusia yang termasuk kepada salah satu kekuatan ruhinya, dimana dengan ringannya perut, dia akan bisa beraktifitas dan akan bisa memahami hakekat-hakekat.
2.Pengaruh kedua yang sangat berharga dari lapar dan diam adalah menjaga hati dari was-was syetan.Orang-orang beriman yang melakukan puasa mereka akan mendapatkan pengalaman bahwa mereka akan lebih berhasil dalam konsentrasi panca indra dan dalam menjaga hati. Sebaliknya orang yang membiasakan diri dengan memakan makanan yang banyak juga bisa mengetahui dengan benar bahwa mereka akan sulit menjaga hatinya dan kesulitan dalam mengkonsentrasikan indra mereka serta pikirannya dipenuhi dengan khayali-khayali.
3.Pengaruh ketiga dari lapar dan diam adalah taqarrub ilallah. Kedekatan dengan Tuhan merupakan kesempurnaan hakiki dan tujuan yang paling besar serta cita-cita kaum mukminin. Untuk bisa sampai kepada tujuan tinggi dan penting ini, hendaklah hati ini bersih dari hawa hafsu serta kecendrungan-kecendrungan materi yang kosong dan perkara ini tidak bisa dilakukan selian dengan keinginan yang kuat dan niat yang kokoh dalam membentuk identitas ilahi dan maknawi manusia. Dalam hal ini tidak diragukan lagi bahwa puasa memiliki peran yang sangat penting dan berharga dalam rangka menguatkan keinginan dan mengarahkan kehendak tersebut kepada taqarrub ilallah.
4.Pengaruh keempat dari lapar dan diam adalah kesedihan yang langgeng. Dalam banyak riwayat telah disebutkan pujian terhadap kesedihan serta orang-orang yang sedih dan ungkapan ini bukan berarti bahwa manusia harus selalu cemberut dan bermuka sembrawut, akan tetapi maksudnya supaya manusia mendapatkan kondisi sebagai lawan dari kesenangan dan kegembiraan yang tidak pada tempatnya dan tidak terbatas karena hal ini merupakan sifat-sifat rendah hewan. Seseorang yang diam dan lapar sama sekali dia tidak memiliki kebahagiaan palsu, kesenangan-kesenangan dari ketidak tahuan serta ketawa yang tidak pada tempatnya sebaliknya mereka akan bersikap dengan tegas dan selalu tenang.
Akan tetapi mungkin saja kesedihan muncul karena perkara-perkara duniawi atau karena kemiskinan dan atau karena kekalahan dalam perlombaan memperbanyak kekayaan dimana hal ini sama sekali bukan kesedihan yang terpuji, sementara kesedihan yang layak dipuji adalah kesedihan sebagai lawan dari kegembiraan yang tidak ada batasnya yang membuat manusia lupa diri. Bahwasannya peringatan dan menakut-nakuti manusia merupakan sesuatu yang paling penting dari kewajiban-kewajiban para utusan ilahi dalam rangka memperingati manusia untuk menggunakan umurnya dengan baik dan supaya mereka mengkontrol amalan serta perbuatannya juga agar manusia menggunakan dengan benar semua fasilitas serta kekuatan yang diberikan oleh Tuhan. Sangat disayangkan seorang mukmin yang tidak memanfaatkan sebagian umurnya dengan sesuatu yang bernilai dan penting atau minimal memanfaatkan hal-hal yang mubah; sebab telah berkurang dari modalnya dan tidak bisa mendapatkan keuntungan dari perdagangan hidup ini. Bukan tanpa alasan jika sebagian orang-orang besar menghindar dari banyak perkara-perkara yang mubah. Ketika seorang mukmin melihat kehidupan orang-orang mulia ini dan membandingkan dengan dirinya dimana umurnya dihabiskan untuk perkara-perkara yang mubah dan tidak berfaedah, maka dia akan merasa sedih dan kecewa yang akhirnya mereka berniat untuk memperbaiki masa lalunya dan betul-betul memanfaatkan sisa dari umurnya.
5.Pengaruh lain dari lapar dan diam adalah sedikitnya kebutuhan dari masyarakat. Artinya semakin sedikit seseorang butuh kepada masyarakat maka dia akan semakin bebas, sementara orang yang perhatiannya hanya urusan perut – dimana pikirannya berputar sekitar makanan-makanan yang enak – dia akan kehilangan kebebasan, dia bagaikan hewan yang hanya memikirkan pakanannya. Yang dalam ucapak Amirul Mukminin Ali as.: perhatian mereka hanya pada rumputnya; yang pada akhirnya mereka akan berhadapan dengan masalah yang banyak diantaranya mereka butuh kepada penghasilan yang lebih banyak untuk menyiapkan makanan-makanan yang lezat bahkan terkadang terpaksa mereka harus berbuat yang tidak benar untuk bisa memenuhi keinginannya.
6.Pengaruh lain yang bisa didapat dari lapar dan diam adalah menjaga hak dan hakekat. Orang yang memiliki kehidupan yang biasa, sederhana dan tidak ada hura-hura, maka lisannya akan terbuka dan akan mampu membela yang hak dimana saja. Berbeda dengan orang yang hanya mementingkan perut yang mana mereka tidak memiliki kekuatan untuk membela yang hak dan selalu memperhatikan dan tergantung kepada yang lain sehingga jangan sampai mereka tidak mengganggu sumber-sumber penghasilannya. Orang yang ringan bebannya dan khafif al-ma’unah( sedikit kebutuhannya ) tidak memiliki ketakutan kepada yang lain dalam menyampaikan yang hak atau ketakutan orang lain mengganggu kehidupannya. Sebab dia melewati hidupnya dengan fasilitasnya yang sedikit dan penuh keberanian dimana dihadapan ketidak adilan dan kemunkaran dia berani membela yang hak. Manusia yang ringan bebannya dan khafif al-ma’unahakan selalu berusaha agar hidupnya penuh dengan harga diri akan tetapi orang yang mementingkan perut akan selalu berusaha agar hidupnya penuh dengan kesenangan, dimana kedua jenis kehidupan ini sangat berbeda jauh.
7.Dengan memperhatikan poin-poin yang telah lalu, akan jelas lagi satu faedah dan pengaruh dari lapar dan diam yaitu seorang mukmin yang bertakwa sama sekali tidak akan berpikir bagaimana melewati kehidupannya; baik kahidupannya susah ataupun senang. Sebab dia akan selalu ridho dengan takdir dan qodho ilahi serta menjalani kehidupannya di dunia dengan penuh qonaah dan dengan sedikit kebutuhan serta tidak mementingkan harta benda yang membuat dia tertimpa penyakit-penyakit psikologis yang banyak menimpa orang-orang kaya.
Tuhan melanjutkan : “Apakah engkau mengetahui kapan seorang hamba lebih mendekat kepadaku? Nabi saw. menjawab: tidak Tahu Dia berfirman: ketika dia dalam keadaan lapar dan bersujud. Tidak diragukanlagi bahwa sebaiknya keduanya digabungkan sebab sujud dalam keadaan lapar maka ruhnya akan lebih siap untuk terbang dan mendekat kepada Haq Ta’ala. Karena merasakan beratnya lapar akan membuat dia merasa lemah dan kecil serta tawadhu dihadapan Tuhan yang maha gagah sementara pengaruh dari sujud, akan membuat indra menjadi konsentrasi yang akan menghasilkan kehadiran hati lebih kuat. [1]Dinukil dari Ali as. dua riwayat dengan arti ini: 1.“Kecerdasan tidak akan berkumpul dengan perut yang penuh”.
Mustadrak Al-Wasaail, jilid 16, hal. 221, hadis no. 19652. 2.“keinginan kuat dan ketamakan tidak akan berkumpul”.Nahjul Balaghah, Faidh Al-Islam, hal. 692, H. 221. Syarah Nahjul Balaghah, Ibnu Abi Hadid, jilid 11, hal. 142.
KELOMPOK-KELOMPOK YANG MASUK SURGA (Bagian.1)
أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله
KELOMPOK-KELOMPOK YANG MASUK SURGA SERTA KEUTAMAAN DARI LAPAR DAN DIAM
“Wahai Ahmad! Demi kemuliaan dan keagunganku, tidak ada satu hamba yang demi aku dia melakukan empat perkara kecuali aku masukkan dia ke dalam surga. Orang yang menjaga lisannya maka dia tidak membuka lisannya kecuali seperlunya dan yang bermanfaat baginya, orang yang menjaga hatinya dari was-was, orang yang sadar bahwa aku mengetahui tentangnya serta mengawasi semua keadannya dan orang yang laparnya menjadikan dia menjadi belahan mataku. Wahai Ahmad! Jika engkau telah merasakan manisnya lapar, diam, kesendirian serta apa yang diwariskan ( keutamaan ) dari itu semua.
Nabi saw. berkata: wahai Tuhanku! Apa keutamaan dari lapar? Tuhan berfirman: hikmah, menjaga hati, dekat kepadaku, kesedihan yang terus menerus, sedikit kebutuhan diantara manusia, ucapan yang hak serta tidak peduli baik hidupnya susah atau pun senang. Wahai Ahmad! Apakah engkau tahu kapan seorang hamba dekat denganku? Nabi saw. menjawab: Tidak wahai Tuhanku. Tuhan berfirman: jika dia dalam keadaan lapar dan sujud”.
Empat Kekhususan Tuhan berfirman kepada nabi mulia islam saw.: wahai Ahmad! Demi kemuliaan dan keagunganku, setiap hamba yang melakukan empat perkara maka aku akan memasukan dia ke dalam surga. Empat perkara tersebut sebagai berikut:
1.Menjaga lisannya dari ucapan yang tidak perlu dan tidak bermanfaat baginya.
2.Menjaga hatinya dari penyakit was-was.
3.Menyadari bahwa aku mengetahui keadaannya dan melihat kepadanya.
4.Laparnya menjadikan dia menjadi belahan mataku. Kemudian Tuhan berfirman kepada kekasihNya Muhammad saw.: “Wahai Ahmad! Jika engkau telah merasakan manisnya lapar, diam, kesendirian serta apa yang diwariskan ( keutamaan ) dari itu semua. Nabi saw. berkata: wahai Tuhanku! Apa keutamaan dari lapar?
Tuhan berfirman: hikmah, menjaga hati, dekat kepadaku, kesedihan yang terus menerus, sedikit kebutuhan diantara manusia, ucapan yang hak serta tidak peduli baik hidupnya susah atau pun senang. Wahai Ahmad! Apakah engkau tahu kapan seorang hamba dekat denganku? Nabi saw. menjawab: Tidak wahai Tuhanku. Tuhan berfirman: jika dia dalam keadaan lapar dan sujud”.
Warisan Yang Berharga Wahai Ahmad! Jika engkau mengetahui betapa manisnya lapar dan diam serta betapa banyak efek positif dari keduanya. Nabi saw. bertanya: wahai Tuhanku! Apa keutamaan serta efek dari lapar dan diam?
Tuhan menjawab bahwa efek dari keduanya adalah sebagai berikut:
1.Hikmah : yaitu bahwa lapar dan diam merupakan pendahuluan atau salah satu syarat untuk mendapat hikmah serta ilmu hakekat
2.Menjaga Hati : artinya bahwa dalam semua keadaan ikhtiar hati manusia berada ditangannya.
3.Dekat kepadaku : lewat lapar dan diam seorang hamba bisa dekat kepadaku dan meraih kedekatan maknawi.
4.Kesedihan yang lama : kondisi sedih merupakan kondisi yang terpuji ( pada kesepatan yang akan datang akan dibahas masalah keutamaan sedih ) dan kondisi ini muncul ketika manusia lapar dan diam.
5.Sedikit kebutuhan diantara manusia
6.Ucapan yang hak : yaitu disebabkan dia tidak memiliki sifat rakus terhadap harta orang lain, maka dimana saja dia bisa berkata hak dan sama sekali tidak memiliki rasa takut dan khawatir dari siapapun.
7.Dia tidak peduali apakah kehidupannya penuh dengan kesulitan atau kesenangan; artinya manusia yang sedikit banyak kebutuhannya dia tidak banyak berfikir baik kaya atau miskin.
Kemudian Tuhan berfirman: wahai Ahmad! Apakah engkau tahu kapan seorang hamba dekat kepadaku?
Nabi saw. menjawad: aku tidak tahu wahai Tuhanku. Tuhan berfirman: adalah ketika seorang hamba dalam keadaan lapar atau dalam keadaan sujud, mereka dekat kepadaku. Penjelasan dan Penafsiran Tujuan penciptaan manusia adalah dalam rangka mengantarkan mereka kepada kesempurnaan akhir serta menyampaikan mereka kepada kedudukan abadi dimana untuk bisa mencapai kedudukan tersebut disyaratkan memiliki empat syarat yang telah disebutkan dalam hadits mi’raj sebelumnya dan dengan menjalankan keempat syarat tersebut maka Tuhan akan menjamin mereka untuk masuk ke dalam surga.
Dua dari empat syarat tersebut berhubungan dengan enggota badan yang dhahir ( berkenaan dengan lisan dan perut ) dan dua syarat lain berkenaan dengan perkara-perkara hati dan bathin. Salah satu dari dua syarat terkahir memiliki sisi negative artinya menjaga hati dari sifat was-was syetan dan syarat yang lain memiliki sisi positif yang berarti kesadaran manusia akan kehadiran Tuhan dan pengawasanNya terhadap mereka. Alhasil menjalankan dua syarat pertama lebih mudah berbeda dengan dua syarat terakhir, sulit untuk bisa menjalankannya dan membutuhkan kepada latihan bathin yang banyak.
Secara mendasar menjaga lisan dari ucapan yang tidak benar dan menjaga perut dari sifat rakus merupakan salah satu jalan untuk melawan syetan. Walau perangkap syetan tidak terbatas kepada lisan dan perut saja, akan tetapi keduanya merupakan alat yang paling kuat bagi syetan dalam rangka membuat manusia menyimpang, sebab barang siapa yang bisa mengontrol perutnya maka dia pun akan bisa mengkontrol syahwatnya dan barang siapa yang mampu menjaga lisannya maka dia akan mudah menjada indra yang lain. Factor paling besar yang menghilangkan kesadaran, perasaan, pengetahuan serta menghilangkan kehadiran hati dari manusia adalah perut yang penuh dengan makanan.
Manusia yang perutnya penuh tidak akan bisa berfikir dan tidak akan bisa berhasil dalam belajar serta dia tidak akan bisa meraih kehadiran hati ketika shalat atau ketika melakukan amalan yang lain. Masalah ini sudah terbukti oleh karenanya sudah menjadi yang ma’ruf perumpamaan “ibadahnya orang yang kenyang bagaikan orang yang tamalluk ( proses tukar menukar kepemilikan ) dalam keadaan mabuk”.
[1]Orang yang dalam keadaan mabuk maka dia tidak memiliki kesadaran, oleh sebab itu ketika dia melakukan tamalluk maka perbuatan tersebut tidak bernilai dan tidak sah oleh karena itu doa dan amalan manusia yang kenyang serta beribadah dengan perut yang penuh tidak akan memiliki nilai dan kesahan.
Ketika perut dalam keadaan penuh maka pemahaman serta kesadaran yang menjadi kekhususan manusia akan hilang, persis seperti seekor burung yang kakinya dibebani oleh sesuatu yang berat dimana semakin berat beban tersebut maka akan semakin sulit bagi dia untuk bisa terbang.
Maka pebuhnya perut bagaikan beban yang berat yang diikatkan di kaki burung, yang membuat ruh manusia menjadi tertutup dan menjadi penghalang dia untuk terbang bahkan sebaliknya akan membuat dia jatuh ke dalam materi dan hilangnya cahaya serta kelembutan hati manusiawinya, akibatnya kesempurnaan ruhani tidak akan bisa diraih.
( Alhasil, pengetahuan tentang hubungan antara ruh dengan badan bukanlah perkara yang mudah yang bisa disampaikan dengan kajian yang pendek; akan tetapi kesimpulannya bahwa barang siapa yang perutnya penuh dengan makanan dia akan merasakan bahwa ruhnya tidak mampu untuk terbang dan mencapai puncaknya bagaikan seekor burung yang kakinya terikat oleh beban yang sangat berat ).
Subscribe to:
Posts (Atom)