Wasiat Sultan Auliya Abdul Qodir Jilani Qsa
LailahaIllAllah
Bismilahir Rahmanir rahiim
Alhamdulillah…Alhamdulillah…Alhamdulillah
Satu Melaksanakan perintah Allah,
menjauhi larangan-Nya, dan ridho atas ketentuan-Nya.
Tiga hal yang harus
dimiliki dan diamalkan oleh setiap mukmin dalam segala ruang dan waktu yaitu:
1. Menjaga dan melaksanakan perintah-perintah Allah dengan tulus ikhlas;
2.
Menghindari diri dari segala yang haram baik nyata maupun samar;
3. Ridha
menerima takdir Allah Yang Mahakuasa.
Dengan demikian, minimal seseorang yang
beriman harus memiliki tiga hal sebagaimana tersebut di atas dan harus
diusahakan untuk dapat mendarah daging dalam tubuhnya.
Ia harus mengikatkan
diri kepada tiga hal ke mana dan di mana dia berada serta dalam keadaan bagaimanapun
juga. Dua Mengikuti sunnah Rasul SAW, menjauhi bid’ah, dan bersikap istiqamah
1. Seorang muslim harus mengikuti sunnah Rasul SAW dengan penuh keyakinan
(keimanan).
2. Seorang muslim tidak sekali-kali melakukan perbuatan bid’ah
3.
Seorang muslim harus mematuhi segala yang diperintahkan dan dilarang Allah SWT
serta rasul-Nya.
4. Seorang muslim harus menjunjung tinggi tauhid, jangan
sekali-kali menyekutukan Dia (Allah SWT).
5. Seorang muslim harus menyucikan Dia
(Allah) senantiasa, dan jangan sekali-kali menisbahkan suatu keburukan pun
kepada-Nya
6. Seorang muslim harus mempertahankan kebenaran-Nya dan hendaklah
jangan meragukan sedikitpun atas kebenaran tersebut.
7. Seorang muslim harus
bersabar selalu, dalam setiap keadaan dan jangan sekali-kali menunjukan sifat
ketidaksabaran.
8. Seorang muslim hendaknya mempunyai sifat isqtiqamah
9.
Seorang muslim harus mempunyai pengharapan kepada Allah dengan sabar dan jangan
kesal
10. Seorang muslim harus bekerja sama dengan sesama muslim dalam
menjalankan amal dan ketaatan, jangan berpecah-pecah, saling mencintai, dan
jangan mendendam
11. Seorang muslim harus menjauhi kejahatan dan jangan
sekali-kali ternoda oleh kejahatan tersebut
12. Seorang muslim harus menghiasi
dirinya dengan ketaatan kepada Rabbmu, Allah swt.
13. Seorang muslim jangan
sekali-kali menjauhi pintu-pintu Allah Swt.
14. Seorang muslim jangan
sekali-kali berpaling dari-Nya.
15. Seorang muslim hendaknya menyegerakan
bertobat atas dosa yang telah dilakukan, jangan ditunda-tunda.
16. Seorang
muslim tidak bosan-bosan untuk memohon ampunan kepada Allah siang dan malam.
Apabila seorang muslim telah berlaku demikian, ia akan mendapatkan rahmat dari
Nya dan dijauhkan dari api neraka. Hidup bahagia di surga yang kekal. Kelak di
akhirat, ia akan bertemu Allah, menikmati rahmat-Nya. Di surga, ia bersama
bidadari, mengendarai kuda-kuda yang berwarna putih. Bersuka ria dengan hurhur
bermata putih, menghirup aneka aroma, dan diiringi melodi-melodi para hamba
sahaya wanita yang cantik. Ia akan dimuliakan bersama Nabi, para siddiqin, para
syahiddin, dan para salihin lainnya di surga yang tertinggi. Tiga Memohon
pertolongan kepada Allah Azza wa Jalla Seandainya seorang hamba Allah
mendapatkan kesulitan dalam hidupnya, pertama sekali ia harus berusaha
mengatasinya dengan daya dan upayanya sendiri. Jika tak mampu mengatasi
kesulitanya sendiri, hendaknya ia meminta pertolongan kepada sesamanya,
misalnya kepada pejabat, hartawan, dan penguasa lainnya, atau tetangganya.
Jika
ia sakit hendaknya pergi ke tabib (dokter). Apabila masih juga tak berhasil,
pertolongan terakhir yang diharapkan hendaknya kepada Khaliq-nya (Allah swt),
Tuhan Yang Mahabesar lagi Mahakuasa. Caranya ialah dengan memanjatkan doa
dengan diiringi kerendahan hati serta pujian-pujian untuk-Nya. Apabila pertolongan
itu tiada kunjung data dari Allah, jangan berputus asa. Ia harus menyerahkan
diri sepenuhnya kepada Allah, memuji dan memohon dengan penuh harap dan cemas.
Apabila Allah tidak kunjung mengabulkan permohonannya dan doanya, ia harus
meninggalkan segala yang berurusan dengan duniawi. Kemudian ia mencurahkan
segala-galanya untuk kepentingan rohaninya (kepentingan akhirat).
Pada
tingkatan ini, ia akan merasakan atau melihat dengan mata batinya atas kehendak
Allah. Dan, sampailah ia kepada keesaan-Nya dan kekuasaan-Nya. Pada tahap ini
ia akan menduduki haqqul yaqin (keyakinan yang hak/tinggi). Keyakinan tentang
apakah itu? Keyakinan yang dimaksudkan ialah tentang hakikat bahwa segala
sesuatu itu tiada yang menggerakannya, kecuali Allah, tiada yang menghentikan, kecuali
Allah Swt. Tiada kekayaan dan kemiskinan, kecuali Allah yang menghendakinya. Di
hadapan Allah, seseorang bagaikan bayi di tangan dukun beranak atau mayat yang
dimandikan, atau bola di kaki pemainnya. Tak kuasa apapun, kecuali kehendak
Allah Swt. Dengan demikian, ia tak akan melihat, kecuali hanya kepada Allah.
Tak akan mendengar, kecuali hanya dari Allah; jika mendapat sesuatu –
menyenangkan atau menyedihkan – diyakini semata karena Allah belaka.
Jika
mendengarkan sesuatu, yang didengar adalah firman Allah melalui ilmu-Nya. Ia
akan mendapatkan karunia-Nya dan mendapatkan keberuntungan karena mampu
mendekatkan diri kepada-Nya. Ia menjadi mulia, rida atas segala yang
dijumpainya. Ia merasa puas atas segala yang menimpanya, baik yang menyenangkan
maupun yang menyakitkan . Akhirnya, ia rindu selalu kepada Allah, ingin terus
memuji dan berzikir. Segala sesuatu dalam hidupnya bertumpu kepada Allah
semata. Ia mendapatkan nur dari Allah karena ilmu Allah itu sendiri. Ia
dimuliakan karena ilmu Allah juga.
Dengan begitu, senantiasa puji dan syukur
tercurahkan kepada Allah Yang Mahakuasa saja. Empat Mengharap rahmat Allah Azza
wa Jalla Jika engkau abaikan ciptaan, semoga Allah merahmatimu . Semoga Allah
membunuh kehendakmu (yang tak baik) dan Dia menempatkanmu dalam kehidupan yang
baru dan mulia. Sekarang dirimu mendapatkan karunia berupa kehidupan yang
abadi, mendapat kekayaan dan kebahagian yang abadi, dan mendapat rahmat dan
ilmu sehingga tak mengenal kebodohan.
Engkau dilindungi Allah dari rasa takut.
Engka dimuliakan sehingga tidak hina lagi dan selalu dekat kepada Allah
sehingga menjadi tumpuan harapan bagi orang2 yang memohon kepada Allah melalui
dirimu. Kau menjadi pengganti rasul, para nabi dan shadiqqin. Kau adalah puncak
wilayat dan para wali yang masih hidup mengerumunimu. Segala masalah dapat
engkau selesaikan dan kau temukan jalan keluarnya. Sawah ladang berpanen
melimpah ruah berkat doamu. Lenyapnya penderitaan umat juga melalui doamu.
Orang-orang banyak yang datang dan bergegas menemuimu membawa bingkisan dan
hadiah serta mengabdi kepadamu. Pengabdian dalam segala hal kehidupan. Semua
itu karena ijin Sang Pencipta. Mereka senantiasa mendoakanmu. Tak ada dua
mukmim yang memperselisihkan engkau. Inilah rahmat Allah SWT, wahai manusia.
Dan Allah Pemilik segala rahmat. Lima Menghindari dunia Jika engkau melihat
dunia ini berada di tangan orang lain, janganlah takjub Dunia itu memang penuh
dengan hiasan, tetapi di sisi lain penuh dengan racun yang mematikan. Tampaknya
lembut, tetapi membahayakan bagi yang merabanya. Dunia pada hakikatnya mengecoh
dan membuat manusia menyepelekan keburukan dari tipu daya dan janji-janji
palsunya. Apabila melihat yang demikian itu, hendaknya kau berlaku seakan-akan
menghadapi orang yang sombong, sewenang-wenang, dan berbau busuk. Ibaratkanlah
dunia itu seperti demikian. Jika melihat situasi yang demikian, berpalinglah
dari kebusukannya.
Tutuplah hidungmu agar tak menghirup bau amisnya. Tutuplah
hidung dan telingamu dari bau dan suara hawa nafsu walaupun segala kenikmatan
yang tersimpan di dalamnya menghampirimu. Allah SWT telah berfirman kepada nabi
pilihannya (Muhammad saw)
وَلا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَى مَا مَتَّعْنَا بِهِ
أَزْوَاجًا مِنْهُمْ زَهْرَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ
وَرِزْق رَبِّكَ خَيْرٌ وَأَبْقَى
Janganlah engkau tujukan kedua matamu kepada
(perhiasan) yang kami berikan kepada bermacam-macam orang di antara mereka,
sebagai bunga kehidupan di dunia, supaya mereka Kami cobai denganya. Dan rezeki
Allah-mu (dalam surga) lebih baik dan lebih kekal (QS 20:131)
Enam Beribadah
hanya karena Allah SWT Apabila melaksanakan perintah Allah, tanggalkan
pandangan manusia yang tertuju kepadamu dan tanggalkan kepentingan pribadimu
dan hendaknya engkau tujukan kepada Allah saja. Untuk menghindari pandangan
manusia – yang memuji – atas amalanmu dalam melaksanakan perintah Allah,
menghindarlah dari mereka, asingkan diri sepenuhnya dan bebaskan jiwamu dari
segala harapan mereka. Lenyapkanlah segala nafsumu. Adapun tanda lenyapnya
nafus ialah:
1. meninggalkan kesibukan mengejar duniawi;
2. berhubungan dengan
mereka hanya untuk mendapatkan manfaat;
3. cenderung menghindarkan diri dara
kemudaratan;
4. tidak mengntungkan diri sendiri dalam masalah pribadi.
5. tidak
membantu melindungi diri sendiri, tetapi memasrahkan diri sepenuhnya kepada
Allah SWT, karena Dia-lah Yang Mahakuasa.
Kemauan itu dapat lenyap dari jiwamu.
Kemauan yang dimaksud ialah yang didorong oleh hawa nafsu. Adapun lenyapnya
kemauan atas kehendak Allah itu ditandai sebagai berikut:
1. Tidak pernah
menurutkan keinginan, tak merasa butuh, tidak mempunyai tujuan, kecuali hanya
satu tujuan dan satu kebutuhan, yakni kepada Allah SWT belaka;
2. kehendak
Allah akan berwujud pada dirimu, sehingga jika kehendaknya bereaksi, tubuhmu
menjadi pasif, namun hatimu tenang, pikiranmu jernih, nurani dan rohanimu
menjadi berseri. Dengan demikian, kebutuhanmu tentang kebendaan kau pasrahkan
dan engkau bergantung kepada Allah SWT saja;
3. gerakanmu digerakan oleh
kekuasaan-Nya, lidah keabadian memberi hiasan kepadamu berupa nur-Nya yang
menempatkan kedududukanmu sejajar dengan ulama hikmah yang telah mendahuluimu.
Jika mampu seperti demikian, niscaya engkah berhasil menaklukan diri sendiri,
sehingga dalam ragamu tidak ada “kedirianmu”, laksana bejana yang hancur,
bersih dari air dan endapan.
Engkau akan terpisahkan dari segala gerak
manusiawi karena rohanimu menolak segala sesuatu. Rohmu hanya menerima kehendak
Allah saja. Pada peringkat dan kedudukan seperti ini, engkau akan mendapatkan
suatu keajaiban. Hal ini seolah-olah hanya usahamu dalam melatih diri dan
rohmu, padahal sebenarnya adalah kehendak Allah belaka. Pada kedudukan ini,
engkau mampu menjadi orang yang dapat menundukan hati sendiri, sifat hewanimu
telah musnah. Dengan demikian, engkau akan mendapat ilham atas kehendak Ilahi
dan dambaan-dambaan baru dalam kenyataan sehari-hari. Allah Yang Mahatinggi tak
akan bersamamu, jika kedirianmu (nafsu duniawi, hewani, sifat yang
merusakan/membutakan hati) belum sirna. Jika ke-dirianmu telah sirna, lalu kau
menganggap sesuatu di dunia ini tak ada artinya kecuali Allah, Dia akan
memberikan kebugaran dan kesegaran rohani.
Allah akan memberi kekuatan rohani
dan dengan rohani tersebut, engkau berkehendak. Jika di dalam dirimu masih juga
terdapat noda meskipun sekecil biji dzarah, Allah akan menolakmu agar engkau
terus berusaha untuk diterima Allah. Allah pun terus menciptakan kemauan baru
dalam dirimu agar engkau tidak merasa puas dengan amal dan ibadah yang kau
lakukan, hal ini sampai pada akhir hayatmu. Dalam sebuah hadis Qudsi, Allah SWT
berfirman, “Hamba-Ku yang beriman senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku, yaitu
dengan mengerjakan shalat-shalat sunnah yang diutamakan sehingga Aku
mencintainya, maka Aku menjadi telinganya, dengannya ia mendengar, dan menjadi
matanya, dengannya ia melihat, dan menjadi tangannya, dengannya ia bekerja, dan
menjadi kakinya, dengannya ia berjalan. Tak diragukan lagi, demikianlah keadaan
fana.” Oleh sebab itu, Dia menyelamatkanmu dari kejahatan para mahluk-Nya,
kemudian mendorongmu dalam kebaikan-Nya. Dengan begitu, engkau akan menjadi
pusat kebaikan, sumber rahmat, kebahagian, kenikmatan, semangat, damai dan
sentosa. Para wali terdahulu pun menunaikan ibadah untuk mendekatkan dirinya
sedekat mungkin kepada Allah SWT. Itulah yang menjadi tujuannya, tujuan terakhir.
Mereka senantiasa beralih dari kehendak yang timbul dari pribadinya sendiri,
mengubahnya menjadi kehendak dari Allah. Itulah sebabnya, mereka kemudian
disebut “badal” (berubah). Bagi mereka ini, menggabungkan kehendak dirinya
sendiri dengan kehendak Allah adalah dosa. Apabila mereka terbawa tipuan
perasaan2nya sendiri sehingga lalai atau takut, Allah menolong mereka dengan
kasih sayang – Nya. Allah akan mengingatkan mereka dan akhirnya mereka sadar
dan berlindung kepada Tuhannya. Merekea berlindung dari kemauan pribadinya
karena menyadari bahwa mereka tak akan mampu membersihkan dirinya sampai
sebersih mungkin dari nafsu dan kemauan, kecuali malaikat.
Para malaikat memang
suci dari nafsu dan kehendak, para nabi terbebas dari kedirian, sedangkan jin
dan manusia tak terlepaskan dari nafsu yang kelak menuntut pertanggungjawaban
moral. Akan tetapi, meskipun manusia itu tak dapat terbebas dari nafsu, para
wali mampu melemahkan nafsunya sehingga dengan, bantuan Allah, mereka
mendapatkan rahmat yang menguatkan akalnya. Tujuh Terlepas dari Ketertarikan
Dunia Perbaiki dirimu dan tinggalkan olehmu kegelisahan dunia sesuai
kemampuanmu. Nabi Muhammad saw bersabda,” Lepaskan dirimu dari bingungnya
urusan dunia, sejauh kemampuanmu “ Kalau kau mengetahui apa yang kau cari,
kalau dunia kau peroleh, engkau akan menjumpai kelelahan. Kalau kau menaruh
perhatian yang berlebihan pada dunia niscaya kau akan merugi. Bebaskan diri
dari urusan dunia, lepaskan perhiasan dunia, lucuti pakaian hawa nafsu. Karena
kesungguhan diri beribadah pada Allah adalah sebuah hidayah. Kalau ingin
bahagia, engkau harus memiliki ketenangan lahir dan batin. Bersabarlah atas
pemberian Allah, hindari prasangka buruk atasNya, karena Dia menyayangimu. “
Boleh jadi engkau membenci sesuatu, padahal itu amat baik bagimu, dan boleh
jadi pula engkau menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu” (Al Baqarah
216) Barangsiapa menginginkan jalan menuju keridhaan Allah , maka didiklah hawa
nafsumu sebelum mendidik perbuatanmu. Bersungguh2lah sampai engkau mendapat
ketenangan.
Jangan turuti nafsu kecuali engkau telah melatih nafsumu dengan
pelajaran dan perilaku baik. Dengan bersungguh2 mata akan terbuka dan kebodohan
tak akan menghampiri kita. Hal ini membutuhkan pengikat dan waktu yang panjang,
tidak dating begitu saja. Pukullah nafsumu dengan cambuk lapar, cegahlah
kehendaknya. Engkau harus bisa bertahan, karena nafsu hanya bisa berdusta dan
tak pernah benar. Janjinya bohong dan Iblis adalah pentolannya. Dia tak punya
kekuatan untuk memusuhi orang yang beriman. Allah tidak memberi cobaan kepadamu
kecuali disana ada hikmah dan faedah. Kalau kau didera musibah, ingatlah
dosa2mu. Mohonlah kesabaran padaNYA, perbanyak istigfar dan bertaubat lah
segera. Bergaulah dengan para kekasih Allah, alim ulama dan teman yang bila kau
melihatnya, mengingatkanmu akan Allah. Wahai para pelanglang buana, Wahai para
pelancong dunia, Peganglah erat-erat petunjukKu, Hingga sampai ditujuan, jangan
kau keluar dari petunjuk, maka kau akan Kuberi petunjuk.
Bagaimana kau akan
berperilaku baik, kalau tak berteman dengan Kawan yang berperilaku sopan santun
Bagaimana kau akan menimba ilmu, kalau kau tak senang dengan gurumu. Syekh
Abdul Qadir Jailani, “Dudukkanlah dirimu bersama kehidupan duniawi, sedangkan
kalbumu bersama kehidupan akhirat, dan rasamu bersama Rabbmu.” delapan Lepas
dari kemaksiatan Wahai orang muda, janganlah engkau berputus asa daripada
Rahmat Allah ‘Azza wa Jall kerana kemaksiatan yang telah engkau lakukan.
Bersihkanlah kotoran dari pakaian agamamu dengan air taubat, dengan taubat yang
istiqomah dan ikhlas. Kemudian, harumkanlah pakaian agamamu itu dengan (air
wangi) ma‘rifah. Berhati-hatilah engkau dengan kedudukanmu sekarang kerana ke
arah mana pun engkau toleh, terdapat hewan-hewan yang buas sedang berada di
sekeliling dirimu, dan pengaruh-pengaruh jahat yang merusak pula sedang
bertindak ke atas dirimu.
Lepaskanlah dirimu daripadanya dan kembalikanlah
hatimu kepada al-Haqq ‘Azza wa Jall. Ada seorang insan yang telah berkata: “Aku
ingin menjadi salah seorang daripada orang-orang yang mencari WajahNya. Hatiku
telah terpandang Pintu Kedekatan (Bab al-Qurb) dan aku telah melihat para
kekasih memasukinya dan kemudian telah keluar memakai pakaian-pakaian yang
telah dianugerahkan oleh al-Malik (Raja, yakni Allah Ta‘la.) Apakah balasan
untuk memasukinya?” Kepadanya, aku telah menjawab: “Hendaklah engkau korbankan
seluruh dirimu. Tinggalkan segala kehendak syahwat dan segala rasa kelazatan.
Lenyapkan dirimu di dalamNya. Ucapkan selamat tinggal kepada segala taman
syurga dan segala isi kandungannya, dan tinggalkanlah ia. Ucapkan selamat jalan
kepada nafsu, hawa dan tabiat-tabiat.
Ucapkan selamat jalan kepada segala
keinginan, sama ada yang berbentuk keduniaan ataupun keakhiratan. Ucapkan
selamat tinggal kepada setiap sesuatu dan engkau tinggalkannya di belakang
hatimu. Setelah itu, masuklah. Engkau akan melihat apa yang tidak pernah
dilihat oleh mata, yang tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak
pernah terlintas di hati manusia.” Sufi ialah seorang manusia yang telah bersih
batinnya dan juga zahirnya, dengan mengikuti kitab Allah ‘Azza wa Jall dan
sunnah rasulNya. Dan jika kebersihannya sudah bertambah, dia akan keluar dari
lautan kewujudannya, dan meninggalkan segala kehendak, ikhtiar dan
keinginannya, kerana kebersihan hatinya. Asas kebaikan ialah dengan menuruti
an-NabÏ SallAllahu ‘alaihi wa sallam pada (seluruh) perkataannya dan
perbuatannya. Apabila hati si hamba (qalb al-‘abd) telah bersih, dia akan dapat
melihat an-Nabi SallAllahu ‘alaihi wa sallam di dalam tidurnya, yang akan
memberitahunya tentang apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dijauhkan.
Seluruh dirinya akan menjadi sekeping hati, dan terpisah dengan niatnya. Dia
akan menjadi sebuah rahsia tanpa penyataan, satu kebersihan tanpa kekeruhan.
Kulit zahirnya akan tertanggal dari dirinya, sehingga yang tinggal adalah isi
(lubb) tanpa kulit. Dia akan bersama an-Nabiyullah Sallallahu ‘alaihi wa sallam
dari segi maknawi, yang akan melatih hatinya dan berada di hadapannya.
Tangannya berada di dalam tangan baginda Sallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan
an-Nabi Sallallahu ‘alaihi wa sallam akan menjadi penasihat mengenaiNya, dan
penjaga pintuNya.
Di dalam sebuah mimpi, seorang lelaki tua telah bertanya
kepada diriku , “Apakah yang dapat membawa seorang hamba itu dekat dengan Allah
‘Azza wa Jalla?” Maka aku telah menjawab, “Baginya satu permulaan dan satu
kesudahan. Permulaannya ialah wara’ dan kesudahannya ialah penerimaan,
penyerahan (at-taslim) dan persandaraan (at-tawakkul).” Apabila seseorang itu
bersikap benar dan ikhlas dengan Tuhan, dia tidak lagi mempedulikan setiap
sesuatu selain daripadaNya, pada siang atau malam hari. Wahai manusia,
janganlah mengaku apa yang bukan milikmu. Esakanlah Allah dan janganlah
mempersekutukanNya. Demi Allah (dengan melakukan yang demikian), apabila sampai
panah takdir kepadamu, ia hanya akan mencalar dan tidak pula membunuhmu. Siapa
saja yang menginginkan kejayaan (al-falah), hendaklah dia menjadi sekeping
tanah di bawah tapak kaki para masyaikh (para Mursyid). Apakah ciri-ciri para
masyaikh itu? Mereka adalah orang-orang yang telah menceraikan dunia dan segala
makhluk, dan telah mengucapkan selamat tinggal kepada kedua-duanya (yakni dunia
dan segala makhluk). Mereka juga telah mengucapkan selamat tinggal kepada
setiap sesuatu, dari bawah al-‘arsy hinggalah ke dasar bumi .
Mereka telah
meninggalkan setiap sesuatu itu di belakang mereka, dan telah mengucapkan
selamat tinggal sebagai seorang yang tidak akan kembali lagi. Mereka telah
mengucapkan selamat tinggal kepada seluruh makhluk, termasuk diri mereka
sendiri. Wujud mereka adalah bersama-sama Allah, pada setiap keadaan. Siapa
yang menuntut kecintaan Allah (namun masih) disertai dengan kewujudan nafsunya,
maka dia sedang berkhayal dan berangan-angan. Kebanyakan daripada mereka dari
golongan al-mutazahhidin al-muta‘abbidin (orang-orang yang cuba menyerupai kaum
Zuhud dan ahli ibadah), pada hakikatnya, adalah hamba-hamba para makhluk, yang
telah mereka syirikkan (yakni menjadikannya sekutu bagi Allah).
Berdirilah
engkau sekelian di hadapanNya di atas tapak-tapak kaki (aqdam) yang telah
muflis daripada akal-akal fikiranmu dan ilmu-ilmumu, agar engkau sekalian dapat
mengambil ilmu daripadaNya. Janganlah merasa sangsi terhadapNya apabila Dia
menunda Ijabah. Janganlah berputus asa dalam berdoa kepadaNya. Jika engkau
tidak menerima apa-apa keuntungan, maka tidak pula engkau menanggung apa-apa
kerugian. Jika Dia tidak memperkenankannya dengan serta-merta, maka Dia akan
memberikan engkau gantinya di Hari Kemudian. Selagi kecintaan kepada dunia
kekal di hatimu, tiada akan melihat engkau sesuatu daripada ahwal as-Salihin.
Selagi engkau meminta-minta dari makhluk dan mempersekutukan (Allah) dengan
mereka, tiada akan terbuka mata hatimu. Tiadalah kata-kata itu sehingga engkau
berzuhud dari dunia dan makhluk. Bersungguh-sungguhlah engkau. Engkau akan
melihat apa yang tidak dilihat oleh orang lain, dan akan terlepas bagimu adat.
Jika engkau tinggalkan apa yang di dalam hitunganmu (hisab) akan datang
kepadamu apa yang bukan di dalam hitunganmu. Apabila engkau bergantung penuh
kepada al-Haqq ‘Azza wa Jall, dan bertaqwa di dalam khalwah dan di khalayak
ramai, Dia akan mengaruniakanmu rezeki yang tidak disangka-sangka (la
yahtasib). Engkau tinggalkan, Dia berikan. Engkau berzuhud, Dia temukan
hajatmu. Di peringkat permulaan, (ialah) meninggalkan. Di peringkat akhir,
(ialah) pengambilan.
Di awal urusan ini, ialah pemberatan kalbu dengan
meninggalkan segala syahwat dan dunia, dan di akhirnya ialah pengambilannya.
Yang pertama ialah bagi al-Muttaqin, dan yang kedua ialah bagi al-Abdal, yang
telah sampai (al-wasilinn) kepada ketaatan (kepada) Allah ‘Azza wa Jall.
Kata-kata itu tidak sesuai untuk diucapkan sehingga segala tuhan-tuhanmu
menjadi Tuhan yang satu, sehingga segala keinginanmu menjadi satu, dan sehingga
segala tumpuan cintamu menjadi satu. Hatimu hendaklah dijadikan satu. Bilakah
kedekatan kepada al-Haqq dapat mendirikan kemahnya di dalam hatimu? Kapan
hatimu akan menjadi majdhub (tertarik) dan sirr-mu menjadi muqarrab
(didekatkan)? Dan kapankah segera engkau dapat menemui Tuhanmu, setelah engkau
mengucapkan selamat tinggal kepada segala makhluk? “Di dalam sebuah Mimpi
seorang lelaki tua telah bertanya kepadaku. . .. Wahai WaliulLah apakah yg
dapat membawa seorang hamba itu dekat dengan Allah SWT . . . . ?!
lalu aku
telah menjawab kepadamu wahai Mubarok ! baginya ada 2 perkara yaitu . . .
1.PERMULAAN yaitu jadi lah kamu org yg Wara’ (senantiasa menjauhkan diri dr
segala macam Dosa)
2.KESUDAHAN jadilah Org Yg Qona’ah !
Mendengar jawaban yg
singkat dan padat tersebut . . . Lelaki tua itupun Pergi dgn hati yg damai !
dan nampak Bersinar wajah yg sudah dimakan usia tersebut ” Mudah2 kisah diatas
dapat menjadikan kita yang di Tarekat Qodiriyah ini di berikan kekuatan
Islam,Iman Dan Ikhsan dan di Anugerahkan oleh Al-Haqq Allah azza wa jalla .
Amin.
No comments:
Post a Comment