Diriwayatkan bahwa Hatim al-Asham pernah berkata kepada
putra-putranya, “Saya hendak pergi haji.” Putra-putranya pun menangis
seraya berkata, “Lantas siapa yang akan menanggung kami?” Beliau juga
mempunyai seorang anak perempuan. Kemudian anak perempuan tersebut
menanggapi, “Biarkanlah ayah pergi. Beliau bukanlah Dzat Yang Maha
Memberi rezeki.” Akhirnya Hatim pun berangkat.
Ternyata semalaman anak-anak tersebut kelaparan. Mereka pun
mendamprat sang anak perempuan. Lalu anak perempuan pun berdoa, “Ya
Allah, janganlah engkau membuatku malu di depan mereka!” Tiba-tiba
seorang penguasa suatu daerah melewati mereka.
Dia berkata kepada
sebagian anak buahnya, “Carikan air untukku!” Lalu keluarga Hatim
memberikan gelas baru dan air dingin, dan sang penguasa itupun
meminumnya. Kemudian si penguasa tersebut bertanya, “Rumah siapa ini?”
Mereka menjawab, “Rumah Hatim al-Asham.” Lalu penguasa tersebut
melemparkan sabuk emas sambil berkata, “Barangsiapa senang denganku,
maka ikuti aku!” Para prajuritnya pun melemparkan benda-benda yang
dibawa mereka ke suatu wadah. Anak perempuan tersebut menangis, lalu
ibunya bertanya, “Apa yang membuatmu menangis. Sungguh, Allah Subhanahu wa Ta’ala
telah memberikan kemudahan pada kita.” Dia menjawab, “Hanya karena
makhluk yang melihat kita saja, mereka telah mencukupi kita maka
bagaimana Sang Khaliq yang melihat kita?”
Ibnu Ubbad ash-Shairafi al-Baghdad mengisahkan, “Suatu ketika saya
sedang tidur. Tiba-tiba ada seseorang berkata kepadaku di dalam mimpi,
‘Wahai Ubbad! Tolonglah orang yang teraniaya!’ Saya bertanya, ‘Di mana
orangnya?’ Dikatakan kepadaku, “Tunggangilah kendaraanmu. Orang tersebut
di tempat kendaraanmu berhenti.’ Lalu saya terbangun dari tidurku.
Kemudian saya menunggangi kendaraanku. Saya melintasi sela-sela jalan
sempit kota Baghdad sehinga saya sampai di suatu masjid, tiba-tiba
kendaraan saya berhenti. Saya pun turun dari kendaraan dan masuk ke
dalam masjid.
Ternyata di dalamnya ada seorang laki-laki menghadap ke
arah kiblat. Lantas saya mengucapkan salam keapdanya dan berkata, ‘Apa
yang bisa saya bantu untukmu?’ Dia menjawab, ‘Saya mempunyai keluarga.
Dan malam ini tidak ada sesuatu pun buat mereka. Makanya, saya duduk di
sini memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar diberi
kelapangan.’ Ubbad melanjutkan kisahnya. ‘Lalu saya memberinya seratus
dinar dan saya berkata kepadanya, ‘Saya Ubbad ash-Shairafi. Jika kamu
butuh sesuatu, datanglah padaku.’ Lelaki tersebut berujar, ‘Subhanallah,
saya meninggalkan Dzat yang membangunkanmu dari tempat tidurmu dan
mendatangkan kepadaku di malam yang gelap, justru aku menghadap kepada
selain-Nya.’ Selanjutnya saya berpamitan kepadanya dan saya pulang.”
Sumber: Hiburan Orang-orang Shalih, 101 Kisah Segar, Nyata dan Penuh Hikmah, Pustaka Arafah Cetakan 1
No comments:
Post a Comment