Alquran Melunakkan Hati Yang Keras
Kisah berikut ini adalah kisah tentang seseorang yang memiliki hati
yang keras, mudah membunuh, zalim, dan sifat-sifat kejam lainnya, kisah
ini adalah kisah Hajjaj bin Yusuf.
Hajjaj adalah gubernur Irak di zaman pemerintahan Khalifah Abdul
Malik bin Marwan, sebelumnya ia adalah gubernur Madinah. Hajjaj dikenal
sebagai pemimpin zalim dan sangat mudah menumpahkan darah rakyatnya.
Imam adz-Dzahabi mengatakan, “Dia orang yang sangat zalim, tiran,
amibisius, perfeksionis, nista, dan kejam. Di sisi lain ia adalah
seorang yang pemberani, ahli strategi dan rekayasa, fasih dan pandai
bernegosiasi, serta sangat menghormati Alquran.” Ada yang mengatakan,
Hajjaj telah membunuh kurang lebih 3000 jiwa di antara nyawa yang ia
hilangkan adalah seorang sahabat yang mulia Abdullah bin Zubair dan
seorang tabi’in Said bin Jubair. Hajjaj wafat pada tahun 95 H.
Dengan rekam jejak yang kelam itu, sangat jarang kita mendengarkan
kisah yang baik dari perjalanan kehidupan Hajjaj bin Yusuf. Namun siapa
sangka, ternyata ia sangat mudah tersentuh ketika mendengar ayat-ayat
Alquran.
Diriwayatkan dari Abu Sa’id, ia berkata, “Hajjaj pernah berkhutbah di
hadapan kami, dia berkata, ‘Wahai anak Adam, sekarang kamu dapat makan,
tapi besok kamu akan dimakan’. Kemudian dia membaca ayat, “Tiap-tiap
yang berjiwa akan merasakan mati.” (QS. Ali Imran: 185).
Kemudian ia
menangis hingga air matanya membasahi surbannya. Inilah bahasa Alquran,
inilah kalamullah, yang mampu menghancurkan gunung yang kokoh, karena
takut dan tunduk kepada Allah.
لَوْ أَنْزَلْنَا هَٰذَا الْقُرْآنَ عَلَىٰ جَبَلٍ لَرَأَيْتَهُ خَاشِعًا مُتَصَدِّعًا مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ
Seandainya Alquran ini Kami turunkan kepada gunung, pasti kamu akan
melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. (QS.
Al-Hasyr: 21)
Tafsir ayat:
Ibnu Katsir berkata, “Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan sebuah
kabar umum yang universal dan berlaku bagi seluruh makhluk, bahwa setiap
yang berjiwa pasti akan merasakan mati. Dalam firman-Nya disebutkan,
كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فانٍ . وَيَبْقَى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلالِ وَالإكْرَامِ
Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal wajah Tuhanmu
yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan. (QS. Ar- Rahman: 26-27)
Hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa, yang
akan abadi dan kekal, dan Dia adalah Maha Akhir sebagaimana Dia yang
Maha Awal.
Ayat ini mengandung peringatan bagi seluruh manusia, karena manusia
pasti akan mati. Apabila batas waktunya berakhir, maka manusia akan
dikembalikan kepada Rabb mereka dengan amalan mereka masing-masing.
Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan kiamat dan akan membalas
seluruh amal perbuatan semua makhluk. Oleh karena itu, setelah berfirman
bahwa semua manusia akan mati, Allah lanjutklan firman-Nya
وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۖ
فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ
وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu.
Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka
sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah
kesenangan yang memperdayakan.” (QS. Ali Imran : 185)
Pelajaran dari kisah:
Orang yang dikenal sangat zalim pun masih menangis mendengar
ayat-ayat tentang kematian, bagaimana dengan kita? Apakah hati kita
merasa takut dan bergetar ketika mendengar ayat-ayat tentang kematian?
Atukah hati kita lebih keras dari pada gunung?
Tidak boleh men-cap seseorang yang
senantiasa berbuat keburukan sebagai penghuni neraka. Sebagaimana Hajjaj
-kita serahkan kepada Allah keadaannya di akhirat-, dikatakan Hajjaj
pernah berdoa di akhir hayatnya “Ya Allah ampunilah aku, walaupun
manusia menyangka Engkau tidak mengampuniku.”
Allah menjadikan Alquran itu mudah untuk ditadabburi bagi orang-orang yang ingin merenungkan kandungan maknanya.
Seseorang hendaknya mengamalkan
apa yang ia ketahui dan ia dakwahkan. Sebagaimana Hajjaj yang mengetahui
bahwa Allah akan menghisab amalan manusia, hendaknya ia berbuat
kebaikan sebagai realisasi dari apa yang ia ketahui dan yakini.
Hajjaj memang pemimpin yang zalim dan mudah membunuh, tapi dari sisi
keyakinannya terhadap Alquran ia lebih baik daripada orang-orang
liberal yang tampil bersahaja namun mengingkari ayat Alquran yang
bertentangan dengan akal mereka dan menafsirkannya sesuai dengan hawa
nafsu mereka.
Sumber: Tangisan Salaf Ketika Membaca dan Mendengarkan Alquran oleh Muhammad Syauman bin Ahmad ar-Ramali
No comments:
Post a Comment