Quotes From The Master (44)
Quotes From The Master (44)
“Man ‘arafa nafsahu faqad ‘arafa Rabbahu” (Siapa yang mengenal jiwa (nafs)-nya, akan mengenal Rabb-nya).
– Al Hadits
.
“Ketahuilah wahai kekasih, manusia tidaklah diciptakan dengan
main-main, ataupun secara serampangan, namun diciptakan secara
mengagumkan untuk sebuah tujuan yang agung.”
– Imam Al Ghazali
.
“Suatu kali ada yang bertanya kepada seorang syeikh tentang cara
mencapai Tuhan. “Jalan menuju Tuhan,” syeikh itu menerangkan, “sama
banyaknya dengan jumlah mahluk ciptaan. Tapi ada jalan terpendek dan
termudah, yaitu melayani sesama, tidak mengganggu orang lain, dan
membuat mereka bahagia”.
– Sheikh Abu Sa’id Abil Khair
.
“Siapapun yang tidak menemukan hatinya hadir di tiga tempat, pintu
menuju pengetahuan akan tetap tertutup baginya. Yaitu ketika membaca
Al-Qur’an, ketika berzikir kepada Allah dan ketika engkau sedang
sholat.”
– Sheikh Ibrahim bin Adham
.
“Jika seseorang berkata: “Betapa mulianya engkau!” dan ini lebih
menyenangkanmu dari pada perkataannya, “Betapa buruknya engkau!”
ketahuilah bahwa engkau masih tetap seseorang yang buruk”
– Sheikh Sufyan Al Thawri
.
“Bergegaslah. Sapulah kamar di hatimu. Persiapkan untuk rumah Sang
Kekasih. Saat kau keluar, Ia akan masuk. Di dalam dirimu, saat kau
terbebas dari dirimu, Ia akan memperlihatkan keindahanNya”
-Sheikh Shabistari
.
“Jika engkau memiliki keimanan kepada ‘Sumber Perbendaharaan’ yang
merupakan Tuhan, kebenaran-Nya, dan kekayaan akan rahmat-Nya, jika
engkau menyematkan sifat-sifat dan tindakan-tindakan-Nya, Tuhan akan
selalu bersamamu. Baik ketika engkau merasa bahagia ataupun sedih, dalam
sakit ataupun sehat, dalam cerahnya hari ataupun guyuran hujan,
kekayaan-Nya akan selalu menjadi milikmu dan akan selalu memberimu
kedamaian, kebahagiaan, dan kekhusyukan kapanpun engkau membutuhkannya.
Hanya hal ini yang dapat melindungi dan menjagamu. Tidak ada hal
lainnya. Untuk itu, engkau harus memiliki keimanan kepada Tuhan, ‘Sumber
Perbendaharaan’, yang selalu bersamamu, yang selalu menjagamu. Dia-lah
tempatmu berteduh di kala teriknya matahari. Dia-lah payungmu di kala
hujan mengguyur dan kebahagianmu di kala duka. Dia selalu berada disana
untuk membantumu dalam situasi apapun.”
– Sheikh M. R. Bawa Muhaiyaddeen
.
“Jalan menuju Tuhan adalah sebanyak jumlah nafas manusia.”
-Syeikh Muhammad Nazim
.
“Ada beberapa diantara kamu yang menginginkan dunia ini dan ada
beberapa diantara kamu yang menginginkan dunia selanjutnya (akhirat).
Tetapi dimana Dia yang menginginkan Tuhan?”
-Sheikh Al Shibli
.
“Wahai teman! tidak ada yang menghijabmu, selain dirimu. Di jalanmu
tidak ada duri ataupun penghalang, selain dirimu. Kau berkata: haruskan
aku mencapai Sang Kekasih atau tidak? antara dirimu dan Sang Kekasih
tidak ada siapapun, kecuali dirimu”
– Sheikh Awhad al-Din Kirmani
.
Suatu ketika aku menerima seorang pelayan. Aku
bertanya kepadanya: Bagaimana seharusnya aku memanggilmu? Dia menjawab:
Panggil sesukamu. Aku bertanya: Apa yang engkau makan? Dia menjawab:
Apapun yang engkau beri. Aku bertanya: Pakaian seperti apa yang engkau
inginkan? Dia menjawab: Pakaian apapun yang engkau berikan. Aku
bertanya: Apa yang ingin engkau lakukan? Dia berkata: Apapun yang engkau
perintahkan, aku tidak memiliki keinginan, aku adalah pengabdimu. Aku
berkata kepada diriku: apakah engkau pernah beribadah dan melayani Tuhan
sebagaimana orang ini melayanimu? Belajarlah darinya. Dan aku begitu
terharu hingga aku menangis karena mendengar pengakuan ini.
– Sheikh Ibrahim bin Adham
.
“Hingga engkau menjadi seseorang yang tidak mempercayai dirimu, engkau tidak bisa menjadi seseorang yang mempercayai Tuhan”
– Sheikh Abu Said Abil Khair
.
“Manusia yang bijak mengetahui bahwa adalah penting untuk memperbaiki
kesalahan mereka sendiri, sedangkan bagi manusia yang tidak bijak
adalah lebih penting untuk mencari kesalahan-kesalahan orang lain.
Manusia yang memiliki keteguhan iman mengetahui bahwa adalah penting
untuk membersihkan hati mereka, sedangkan mereka yang imannya labil
mencoba mencari-cari kekurangan pada hati dan ibadah orang lain. Hal ini
menjadi kebiasaan di dalam hidup mereka. Tetapi mereka yang beribadah
kepada Allah dengan keimanan, ketetapan hati, dan keyakinan mengetahui
bahwa apa yang paling penting di dalam hidup adalah menyerahkan hati
mereka kepada Allah.”
– Sheikh M. R. Bawa Muhaiyaddeen
.
Suatu ketika, Nabi Ibrahim AS tumbuh dikalangan kaum penyembah
berhala. Dia berusaha untuk menemukan Tuhan. Dia memandang pada
bintang-bintang yang paling terang dan berkata, “Engkau adalah Tuhanku.”
Lalu bulan purnama muncul. Ia jauh lebih besar dan lebih terang
daripada bintang-bintang yang ada. Ibrahim memandang bulan dan berkata,
“Engkau adalah Tuhanku.” Kemudian matahari terbit; rembulan dan
bintang-bintang menghilang. Ibrahim berkata, “Engkau adalah yang
terbesar, Engkau adalah Tuhanku.” Kemudian malam tiba, dan matahari
menghilang.
Ibrahim berkata, “Tuhanku adalah Dia yang mengubah segala sesuatu dan
mengembalikannya kembali. Tuhanku adalah Dia yang berada dibalik segala
perubahan.”
– Sheikh Muzaffer Ozak Al-Jerrahi
.
Ketika “aku” ada, Tuhan tidak ada. Ketika Tuhan ada, “aku” tidak ada.
Jika Tuhan adalah sumber kehidupan, bukankah seharusnya kita bisa
menemukan sumber esensi dari kehidupan kita? Lalu ketika kita meneliti
hidup kita, di bagian mana kita menemukan Tuhan? Bagian mana adalah
“aku”? Tuhan adalah cinta, kedamaian, keberlimpahan, keagungan,
kekuatan, ampunan, kebenaran, keseimbangan, dan kebahagiaan. Bagi
kebanyakan dari kita, hidup adalah kekurangan, keterbatasan,
perselisihan, stres, kekacauan, bimbang, penindasan, dan kebencian.
Bangsamu, bangsaku; tujuan-tujuan mereka, tujuan-tujuan kita, agamamu,
agamaku, telah menggantikan rasa kebersamaan yang dikenal sebagai Tuhan.
Apakah Tuhan menciptakan kekacauan ini? Tidak. “aku” yang melakukannya.
Bagian kecil dari “aku” yang ingin mengatur dan berkuasa. “aku” adalah
ketakutan, kesombongan, amarah dan berbangga diri. “aku” yang berpegang
pada kesengsaraan karena “aku” tidak mengetahui apa yang harus
dilakukan. “aku” ingin melakukan caranya karena “aku” bisa menjaga
diriku. “aku” yang tidak bisa mengenal bagian mana yang merupakan Tuhan
dan bagian mana yang merupakan “aku” karena “aku” telah melupakan bahwa
semua bagian Tuhan adalah bagian ku. Jika saja “aku” mengizinkan Tuhan
melakukan bagianNya, kita akan baik-baik saja.
– Sheikh M. R. Bawa Muhaiyaddeen
.
“Anakku, seluruh hidupmu bisa berisi dua kata: alhamdulillah dan
tawakal kepada Allah, memberikan pujian kepada Tuhan untuk semuanya,
yakin sepenuhnya dan berserah diri kepada Tuhan. Katakan,
“Alhamdulillah,” dan pujilah Tuhan atas apa yang terjadi saat ini.
Katakan, “Tawakal kepada Allah,” dan serahkan tanggungjawab kepada Tuhan
atas apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Semoga engkau
melaksanakan dua kewajiban ini tanpa keterikatan sebagaimana Tuhan
melakukan kewajibanNya.
Buatlah hidupmu lengkap dengan dua kata ini. Setelah itu, raihlah
sifat-sifat Tuhan, laksanakan tindakanNya, berbuatlah sesuai dengan
perbuatanNya, tanamkan kasih sayangNya ke dalam hatimu, dan rasakan
semua kelaparan adalah kelaparanmu dan semua penderitaan adalah
penderitaanmu. Layani hidup orang lain dan menyamankan hati mereka
sebagaimana yang dilakukan Tuhan. Kewajiban itu akan menjadikan mulia
kearifanmu, ibadahmu dan meditasimu.”
– Sheikh M. R. Bawa Muhaiyaddeen
.
“Cinta adalah melihat apa yang baik dan indah dalam segala sesuatu.
Mencintai adalah belajar dari segala sesuatu, melihat anugerah Allah dan
kemurahan Allah dalam segala sesuatunya. Mencintai adalah mensyukuri
segala rahmat Allah.
Ini adalah langkah awal pada jalan ini untuk mencintai Allah. Ini
hanyalah benih dari cinta. Sepanjang waktu, benih akan tumbuh dan
menjadi pohon dan berbuah. Selanjutnya, siapapun yang merasakan buah itu
akan mengetahui apa itu cinta sejati. Cinta tersebut akan berbeda bagi
mereka yang telah merasakannya dengan mereka yang belum merasakannya.”
– Sheikh Muzaffer Ozak Al-Jerrahi
.
“Kau tidak akan menjadi seseorang yang suci hingga kau laksana bumi, baik kaum saleh maupun kaum pendosa diperlakukan sama,
dan hingga kau laksana awan, yang menaungi segala sesuatu,
dan hingga kau bagaikan hujan, yang mengairi segala sesuatu, walaupun mereka mencintainya atau tidak.”
– Sheikh Abu Yazid al-Bisthami
.
“Kebenaran tertanam dipusat hatimu, dipercayakan oleh Allah kepadamu
untuk menjaganya. Ia akan terwujud dengan taubat yang tulus dan usaha
yang sungguh-sungguh. Keindahannya memancar kepermukaan saat kau
mengingat Allah dan berzikir. Pada mulanya kau menyebut Asma Allah
dengan lidahmu. Lalu, ketika hatimu hidup, kau berzikir dengan hatimu.”
– Syeikh Abdul Qadir al-Jilani
.
“Sekali waktu engkau pernah mengira bahwa segala yang engkau pelajari
dan cermati adalah kebenaran. Tetapi kemudian engkau maju ke langkah
berikutnya, dan menemukan bahwa semua yang telah engkau pelajari
bukanlah kebenaran. Dan pada masa yang akan datang ketika engkau masih
melangkah lebih berikutnya dan memandang kembali semua yang sekarang
engkau anggap benar, ternyata engkau juga akan melihatnya sebagai
kepalsuan. Dengan cara ini, setiap kali engkau melangkah maju ke tingkat
yang baru, maka engkau akan menemukan bahwa semua yang engkau pelajari
pada masa lalu adalah kepalsuan (salah). Akhirnya, ketika engkau
mencapai maqam (keadaan) Tuhan dan maqam kearifan-Nya, maka engkau akan
menyadari bahwa semua pemikiran engkau adalah keliru. Semuanya keliru.
Hanya Dialah kebenaran. Kebijakan-Nya adalah kebenaran sejati, dan
sifat-sifatNya adalah emas kekayaan yang sesungguhnya.
Apabila engkau memahami hal ini, maka engkau akan memohon ampunan-Nya
atas segala kesalahan yang engkau lakukan pada masa yang lalu. Engkau
akan melihat dengan jelas dan pasti bahwa hanya ada satu keluarga, satu
doa dan satu Tuhan. Kita harus memikirkan hal ini. Ini adalah kearifan
yang berharga, hikmah kebenaran.”
– Sheikh M. R. Bawa Muhaiyaddeen
.
“Apabila engkau menggali sumur, engkau harus menggalinya jauh ke
dalam sampai engkau menemukan sumber mata airnya. Dapatkah sumur itu
penuh tanpa mencapai sumber yang dalam itu? Bila engkau bergantung pada
hujan atau sumber luar lain untuk mengisi sumur itu, maka air itu hanya
akan menguap atau diserap oleh tanah. Lalu, bagaimana engkau dapat
membasuh dirimu atau menghilangkan dahagamu? Hanya jika engkau menggali
cukup dalam untuk mendapatkan mata air, maka engkau akan sampai pada
sumber air yang tak habis-habisnya. Demikian juga halnya, jika engkau
hanya membaca ayat-ayat dari kitab suci, tanpa menggali lebih dalam
untuk mencari maknanya, hal itu seperti menggali sebuah sumur tanpa
mencapai mata airnya atau seperti mencoba mengisinya dengan air hujan.
Kedua cara ini tidak akan memadai. Hanya apabila engkau membuka mata air
yang ada di dalamnya dan ilmu Tuhan mengalir dari sana, maka mata air
sifat-sifat Tuhan akan mengisi hatimu. Hanya setelah itu engkau dapat
menerima kekayaan-Nya. Hanya setelah itu engkau akan mendapatkan
kedamaian dan ketenangan. Kearifan dan ilmu Tuhan ini harus timbul dari
dalam dirimu; kisah Tuhan dan doa mesti dipahami dari sisi batin. Maka
engkau akan memperoleh semua yang engkau butuhkan untuk dirimu, dan
engkau juga akan merasa cukup untuk berbagi dengan orang lain.”
– Sheikh M. R. Bawa Muhaiyaddeen
.
Sejak kudengar tentang dunia Cinta,
Kumanfaatkan hidupku, hatiku
Dan mataku di jalan ini.
Aku mengira bahwa Cinta
Dan yang dicintai adalah berbeda.
Kini aku mengerti bahwa keduanya sama.
– Jalaluddin Rumi
.
Seseorang meminta nasehat kepada Ibrahim bin
Adham. Dia berkata: “Berzikir kepada Tuhan dan tinggalkan keramaian.” Di
lain waktu seseorang meminta nasehatnya kembali dan dia berkata:
“Bukalah yang tertutup dan tutuplah yang terbuka”. Orang yang bertanya
memintanya untuk menjelaskannya lebih lanjut. Ibrahim melanjutkan
perkataannya: “Bukalah kantongmu yang tertutup dan sedekahkan kepada
fakir miskin. Tutuplah mulutmu yang terbuka dan tidak berlebihan dalam
berbicara.”
.
“…Perkenankan jika mungkin, di hari nanti kami bisa mendengar tidak
dengan telinga kami yang amat terbatas ini, perkenankan juga kami
mendengar tidak hanya suara-suara, yang amat menjebak jiwa dungu ini,
tetapi juga mendengarkan apapun saja: cahaya, inti warna, sepi atau
bisikan-Mu yang tiada terperi…”
– Penggalan puisi Emha Ainun Nadjib “Asmaul Husna”
.
Jika engkau belum mempunyai ilmu, hanyalah prasangka,
maka milikilah prasangka yang baik tentang Tuhan.
Begitulah caranya!
Jika engkau hanya mampu merangkak,
maka merangkaklah kepada-Nya!
Jika engkau belum mampu berdoa dengan khusyuk,
maka tetaplah persembahkan doamu
yang kering, munafik dan tanpa keyakinan;
karena Tuhan, dengan rahmat-Nya
akan tetap menerima mata uang palsumu!
Jika engkau masih mempunyai
seratus keraguan mengenai Tuhan,
maka kurangilah menjadi sembilan puluh sembilan saja.
Begitulah caranya!
Wahai pejalan!
Biarpun telah seratus kali engkau ingkar janji,
ayolah datang, dan datanglah lagi!
Karena Tuhan telah berfirman:
“Ketika engkau melambung ke angkasa
ataupun terpuruk ke dalam jurang,
ingatlah kepada-Ku,
karena Aku-lah jalan itu.”
– Jalaluddin Rumi
(Puisi diambil dari “Suluk” Herry Mardian)
.
“Para sufi adalah mereka yang mendahulukan Tuhan daripada apapun sehingga Tuhan mendahulukan mereka daripada apapun.”
– Sheikh Dzun Nun al-Mishri
.
Aku melihat Tuhanku di dalam mimpiku dan aku bertanya, “Bagaimana aku
bisa menemukan-Mu?” Dia menjawab, “Tinggalkan dirimu dan datanglah!”
– Sheikh Abu Yazid al-Bisthami
.
“Jangan mengira bahwa engkau tidak memiliki kebanggaan diri, karena
ia lebih sulit terlihat daripada seekor semut pada batu hitam di malam
hari. Dan jangan pernah berpikir bahwa mengeluarkannya dari dalam dirimu
adalah mudah, karena adalah lebih mudah untuk mengikis sebuah gunung
dengan sebatang jarum.”
– Sheikh Hakim Jami
.
“Seorang sufi adalah dia yang menjaga kejernihan hatinya terhadap Tuhan.”
– Sheikh Bishr bin al-Harith al-Hafi
.
“Perjalananmu adalah menuju tanah kelahiranmu. Ingatlah bahwa engkau berjalan dari alam penampakan menuju alam realitas.”
– Sheikh Abdul Khaliq al-Ghujdawani
.
“Jagalah Tuhan, Sang Kekasih, selalu berada di dalam hatimu. Jadikan ibadahmu, zikir, menjadi ibadah dari hatimu.”
– Sheikh Abdul Khaliq al-Ghujdawani
.
Shibli melihat Junaid sebagai seorang guru dan berkata kepadanya,
“Kau dipuji sebagai ahli mutiara. Berikan satu kepadaku, atau jual
kepadaku.”
“Jika aku menjualnya kepadamu, kau tidak akan mampu membayarnya, dan
jika aku memberikannya kepadamu, mendapatkannya dengan mudah membuatmu
tidak akan menyadari nilainya,” Kata Junaid. “Lakukan seperti apa yang
aku lakukan. Ceburkan dirimu ke dalam Lautan, dan jika kau menunggu
dengan sabar kau akan memperoleh mutiaramu.”
– Sheikh Junaid al-Bagdadi
.
“Jika kau berusaha, apapun yang kau perjuangkan akan mendekat
kepadamu, dan kau akan memperoleh manfaatnya. Semoga Tuhan memberimu
pertolongan tersebut, rahmat tersebut, kebijaksanaan tersebut, dan
sifat-sifat-Nya. Semoga Ia melakukan apa yang baik. Jika kau percaya
kepada-Nya, Ia tidak akan pernah melepaskanmu. Jika kau niat kepada-Nya,
Ia akan datang mencarimu. Jika kau memanggil-Nya, Ia akan memanggilmu.
Jika kau mencintai-Nya, Ia akan mencintaimu. Jika kau mencari-Nya, Ia
akan mencarimu. Pahamilah ini. Amin. Amin”
– Sheikh M. R. Bawa Muhaiyaddeen
.
“Berperang di dalam diri sendiri adalah Islam; pertempuran sebenarnya
berada di dalam diri. Menghalau sifat-sifat jahat, pikiran jahat, dan
perbedaan yang membawa kepada perpecahan adalah Islam. Berperang melawan
iri hati, dengki, dan rasa dendam adalah Islam. Memotong dan membuang
sifat-sifat setan dan mengisi diri kita dengan sifat-sifat Allah adalah
Islam. Menunjukkan hati dengan penuh belas kasih kepada saudara-saudara
kita adalah kekayaan dari Islam.”
– Sheikh M. R. Bawa Muhaiyaddeen
.
Seseorang bertanya kepada Ibrahim bin Adham,
seperti apakah hidupmu? Ibrahim bin Adham menjawab: aku memiliki tiga
‘kereta perang’ di dalam hidupku. Ketika aku menerima sesuatu, aku akan
duduk di dalam ‘kereta perang’ syukur; ketika kesukaran menimpa, aku
akan duduk di dalam ‘kereta perang’ sabar dan ketika beribadah, aku
duduk di dalam ‘kereta perang’ ketaatan dan istiqomah.
.
“Aku mencari ‘kefakiran’ dan aku menemukan kesempurnaan. Manusia mencari kekayaan, dan kemiskinan menjadi tujuan mereka.”
– Sheikh Ibrahim bin Adham
.
Jika engkau mencari kedekatan dengan Sang Kekasih, cintailah setiap
orang. Hanya memandang kebaikan mereka baik ketika mereka hadir ataupun
tidak. Jika engkau menginginkan kejernihan dan kesegaran layaknya
hembusan angin di pagi hari, jadilah seperti matahari yang tidak
memiliki apapun tetapi menyinari dan memberikan kehangatan kepada
siapapun.
– Sheikh Abu Said Abil Khair
.
“Seorang manusia sejati tidak akan menautkan hatinya kepada apapun kecuali kepada Allah.”
– Sheikh Abu Yazid al-Bisthami
.
Dunia ini adalah jalan menuju kebahagiaan abadi dan karena itu ia baik, pantas dihargai dan dipuji.
Yang buruk adalah apa yang engkau lakukan dengan
dunia saat engkau dibutakan pada kebenaran dan dikuasai sepenuhnya oleh
hasrat, hawa nafsu dan ambisi pada dunia.
Kesenangan dunia ini tidaklah membahayakan dengan
sendirinya. Ia baru berbahaya ketika semua itu membuatmu lupa, tidak
patuh dan melalaikan Tuhanmu.
– Sheikh Ibn al-Arabi
.
“Kebutuhan ruhani adalah api yang terang dan
berkobar yang disematkan Tuhan di dalam dada hamba-hamba-Nya dimana
‘diri’ (nafs) mereka akan dibakar, dan tatkala nafs telah terbakar,
apinya menjadi api ‘kerinduan’ (shawq) yang tak akan pernah padam, baik
di dunia ini maupun di akhirat nanti.”
– Sheikh Abu Said Abil Khair
.
“Berusahalah untuk mengenal diri sendiri. Sebab
siapa yang kenal dirinya dan menentang hawa nafsunya, akan kenallah dia
akan Tuhannya dan menuntutlah dia akan keridhaan-Nya.”
– Syeikh Abdul Qodir al-Jilani
.
Rintik hujan, menetes dari awan.
Malu tatkala memandang lautan.
“Siapa aku di luasnya lautan?”, ucapnya.
Sebagaimana ia melihat dirinya dari mata kefaqiran
Sekeping kerang memeluknya dan membentuknya menjadi mutiara.
– Sheikh Muslihuddin Sa’di
.
“Saat engkau jauh dari Ka’bah, memang
sudah sepantasnya engkau menghadapkan wajahmu ke sana. Namun bagi mereka
yang ada di dalamnya, mereka bisa menghadap ke mana pun mereka
inginkan.”
– Sheikh Abu Yazid al-Bistami
.
“Jika engkau ingin mencapai kemuliaan, jadikan kerendahan hati sebagai jalanmu.
Lihatlah, ketika embun turun ke atas bumi, sang mentari akan mengangkatnya ke langit”
– Sheikh Muslihuddin Sa’di
No comments:
Post a Comment