Monday, May 16, 2016

Quotes From The Master (44)

Quotes From The Master (44)

“Man ‘arafa nafsahu faqad ‘arafa Rabbahu” (Siapa yang mengenal jiwa (nafs)-nya, akan mengenal Rabb-nya).

– Al Hadits

.

“Ketahuilah wahai kekasih, manusia tidaklah diciptakan dengan main-main, ataupun secara serampangan, namun diciptakan secara mengagumkan untuk sebuah tujuan yang agung.”

– Imam Al Ghazali

.

“Suatu kali ada yang bertanya kepada seorang syeikh tentang cara mencapai Tuhan. “Jalan menuju Tuhan,” syeikh itu menerangkan, “sama banyaknya dengan jumlah mahluk ciptaan. Tapi ada jalan terpendek dan termudah, yaitu melayani sesama, tidak mengganggu orang lain, dan membuat mereka bahagia”.

– Sheikh Abu Sa’id Abil Khair

.

“Siapapun yang tidak menemukan hatinya hadir di tiga tempat, pintu menuju pengetahuan akan tetap tertutup baginya. Yaitu ketika membaca Al-Qur’an, ketika berzikir kepada Allah dan ketika engkau sedang sholat.”

– Sheikh Ibrahim bin Adham

.

“Jika seseorang berkata: “Betapa mulianya engkau!” dan ini lebih menyenangkanmu dari pada perkataannya, “Betapa buruknya engkau!” ketahuilah bahwa engkau masih tetap seseorang yang buruk”

– Sheikh Sufyan Al Thawri

.

“Bergegaslah. Sapulah kamar di hatimu. Persiapkan untuk rumah Sang Kekasih. Saat kau keluar, Ia akan masuk. Di dalam dirimu, saat kau terbebas dari dirimu, Ia akan memperlihatkan keindahanNya”

-Sheikh Shabistari

.

“Jika engkau memiliki keimanan kepada ‘Sumber Perbendaharaan’ yang merupakan Tuhan, kebenaran-Nya, dan kekayaan akan rahmat-Nya, jika engkau menyematkan sifat-sifat dan tindakan-tindakan-Nya, Tuhan akan selalu bersamamu. Baik ketika engkau merasa bahagia ataupun sedih, dalam sakit ataupun sehat, dalam cerahnya hari ataupun guyuran hujan, kekayaan-Nya akan selalu menjadi milikmu dan akan selalu memberimu kedamaian, kebahagiaan, dan kekhusyukan kapanpun engkau membutuhkannya. Hanya hal ini yang dapat melindungi dan menjagamu. Tidak ada hal lainnya. Untuk itu, engkau harus memiliki keimanan kepada Tuhan, ‘Sumber Perbendaharaan’, yang selalu bersamamu, yang selalu menjagamu. Dia-lah tempatmu berteduh di kala teriknya matahari. Dia-lah payungmu di kala hujan mengguyur dan kebahagianmu di kala duka. Dia selalu berada disana untuk membantumu dalam situasi apapun.”

– Sheikh M. R. Bawa Muhaiyaddeen

.

“Jalan menuju Tuhan adalah sebanyak jumlah nafas manusia.”

-Syeikh Muhammad Nazim

.

“Ada beberapa diantara kamu yang menginginkan dunia ini dan ada beberapa diantara kamu yang menginginkan dunia selanjutnya (akhirat). Tetapi dimana Dia yang menginginkan Tuhan?”

-Sheikh Al Shibli

.

“Wahai teman! tidak ada yang menghijabmu, selain dirimu. Di jalanmu tidak ada duri ataupun penghalang, selain dirimu. Kau berkata: haruskan aku mencapai Sang Kekasih atau tidak? antara dirimu dan Sang Kekasih tidak ada siapapun, kecuali dirimu”

– Sheikh Awhad al-Din Kirmani

.

Suatu ketika aku menerima seorang pelayan. Aku bertanya kepadanya: Bagaimana seharusnya aku memanggilmu? Dia menjawab: Panggil sesukamu. Aku bertanya: Apa yang engkau makan? Dia menjawab: Apapun yang engkau beri. Aku bertanya: Pakaian seperti apa yang engkau inginkan? Dia menjawab: Pakaian apapun yang engkau berikan. Aku bertanya: Apa yang ingin engkau lakukan? Dia berkata: Apapun yang engkau perintahkan, aku tidak memiliki keinginan, aku adalah pengabdimu. Aku berkata kepada diriku: apakah engkau pernah beribadah dan melayani Tuhan sebagaimana orang ini melayanimu? Belajarlah darinya. Dan aku begitu terharu hingga aku menangis karena mendengar pengakuan ini.

– Sheikh Ibrahim bin Adham

.

“Hingga engkau menjadi seseorang yang tidak mempercayai dirimu, engkau tidak bisa menjadi seseorang yang mempercayai Tuhan”

– Sheikh Abu Said Abil Khair

.

“Manusia yang bijak mengetahui bahwa adalah penting untuk memperbaiki kesalahan mereka sendiri, sedangkan bagi manusia yang tidak bijak adalah lebih penting untuk mencari kesalahan-kesalahan orang lain. Manusia yang memiliki keteguhan iman mengetahui bahwa adalah penting untuk membersihkan hati mereka, sedangkan mereka yang imannya labil mencoba mencari-cari kekurangan pada hati dan ibadah orang lain. Hal ini menjadi kebiasaan di dalam hidup mereka. Tetapi mereka yang beribadah kepada Allah dengan keimanan, ketetapan hati, dan keyakinan mengetahui bahwa apa yang paling penting di dalam hidup adalah menyerahkan hati mereka kepada Allah.”

– Sheikh M. R. Bawa Muhaiyaddeen

.

Suatu ketika, Nabi Ibrahim AS tumbuh dikalangan kaum penyembah berhala. Dia berusaha untuk menemukan Tuhan. Dia memandang pada bintang-bintang yang paling terang dan berkata, “Engkau adalah Tuhanku.” Lalu bulan purnama muncul. Ia jauh lebih besar dan lebih terang daripada bintang-bintang yang ada. Ibrahim memandang bulan dan berkata, “Engkau adalah Tuhanku.” Kemudian matahari terbit; rembulan dan bintang-bintang menghilang. Ibrahim berkata, “Engkau adalah yang terbesar, Engkau adalah Tuhanku.” Kemudian malam tiba, dan matahari menghilang.

Ibrahim berkata, “Tuhanku adalah Dia yang mengubah segala sesuatu dan mengembalikannya kembali. Tuhanku adalah Dia yang berada dibalik segala perubahan.”

– Sheikh Muzaffer Ozak Al-Jerrahi

.

Ketika “aku” ada, Tuhan tidak ada. Ketika Tuhan ada, “aku” tidak ada.

Jika Tuhan adalah sumber kehidupan, bukankah seharusnya kita bisa menemukan sumber esensi dari kehidupan kita? Lalu ketika kita meneliti hidup kita, di bagian mana kita menemukan Tuhan? Bagian mana adalah “aku”? Tuhan adalah cinta, kedamaian, keberlimpahan, keagungan, kekuatan, ampunan, kebenaran, keseimbangan, dan kebahagiaan. Bagi kebanyakan dari kita, hidup adalah kekurangan, keterbatasan, perselisihan, stres, kekacauan, bimbang, penindasan, dan kebencian. Bangsamu, bangsaku; tujuan-tujuan mereka, tujuan-tujuan kita, agamamu, agamaku, telah menggantikan rasa kebersamaan yang dikenal sebagai Tuhan. Apakah Tuhan menciptakan kekacauan ini? Tidak. “aku” yang melakukannya. Bagian kecil dari “aku” yang ingin mengatur dan berkuasa. “aku” adalah ketakutan, kesombongan, amarah dan berbangga diri. “aku” yang berpegang pada kesengsaraan karena “aku” tidak mengetahui apa yang harus dilakukan. “aku” ingin melakukan caranya karena “aku” bisa menjaga diriku. “aku” yang tidak bisa mengenal bagian mana yang merupakan Tuhan dan bagian mana yang merupakan “aku” karena “aku” telah melupakan bahwa semua bagian Tuhan adalah bagian ku. Jika saja “aku” mengizinkan Tuhan melakukan bagianNya, kita akan baik-baik saja.

– Sheikh M. R. Bawa Muhaiyaddeen

.

“Anakku, seluruh hidupmu bisa berisi dua kata: alhamdulillah dan tawakal kepada Allah, memberikan pujian kepada Tuhan untuk semuanya, yakin sepenuhnya dan berserah diri kepada Tuhan. Katakan, “Alhamdulillah,” dan pujilah Tuhan atas apa yang terjadi saat ini. Katakan, “Tawakal kepada Allah,” dan serahkan tanggungjawab kepada Tuhan atas apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Semoga engkau melaksanakan dua kewajiban ini tanpa keterikatan sebagaimana Tuhan melakukan kewajibanNya.

Buatlah hidupmu lengkap dengan dua kata ini. Setelah itu, raihlah sifat-sifat Tuhan, laksanakan tindakanNya, berbuatlah sesuai dengan perbuatanNya, tanamkan kasih sayangNya ke dalam hatimu, dan rasakan semua kelaparan adalah kelaparanmu dan semua penderitaan adalah penderitaanmu. Layani hidup orang lain dan menyamankan hati mereka sebagaimana yang dilakukan Tuhan. Kewajiban itu akan menjadikan mulia kearifanmu, ibadahmu dan meditasimu.”

– Sheikh M. R. Bawa Muhaiyaddeen

.

“Cinta adalah melihat apa yang baik dan indah dalam segala sesuatu. Mencintai adalah belajar dari segala sesuatu, melihat anugerah Allah dan kemurahan Allah dalam segala sesuatunya. Mencintai adalah mensyukuri segala rahmat Allah.

Ini adalah langkah awal pada jalan ini untuk mencintai Allah. Ini hanyalah benih dari cinta. Sepanjang waktu, benih akan tumbuh dan menjadi pohon dan berbuah. Selanjutnya, siapapun yang merasakan buah itu akan mengetahui apa itu cinta sejati. Cinta tersebut akan berbeda bagi mereka yang telah merasakannya dengan mereka yang belum merasakannya.”

– Sheikh Muzaffer Ozak Al-Jerrahi

.

“Kau tidak akan menjadi seseorang yang suci hingga kau laksana bumi, baik kaum saleh maupun kaum pendosa diperlakukan sama,

dan hingga kau laksana awan, yang menaungi segala sesuatu,

dan hingga kau bagaikan hujan, yang mengairi segala sesuatu, walaupun mereka mencintainya atau tidak.”

– Sheikh Abu Yazid al-Bisthami

.

“Kebenaran tertanam dipusat hatimu, dipercayakan oleh Allah kepadamu untuk menjaganya. Ia akan terwujud dengan taubat yang tulus dan usaha yang sungguh-sungguh. Keindahannya memancar kepermukaan saat kau mengingat Allah dan berzikir. Pada mulanya kau menyebut Asma Allah dengan lidahmu. Lalu, ketika hatimu hidup, kau berzikir dengan hatimu.”

– Syeikh Abdul Qadir al-Jilani

.

“Sekali waktu engkau pernah mengira bahwa segala yang engkau pelajari dan cermati adalah kebenaran. Tetapi kemudian engkau maju ke langkah berikutnya, dan menemukan bahwa semua yang telah engkau pelajari bukanlah kebenaran. Dan pada masa yang akan datang ketika engkau masih melangkah lebih berikutnya dan memandang kembali semua yang sekarang engkau anggap benar, ternyata engkau juga akan melihatnya sebagai kepalsuan. Dengan cara ini, setiap kali engkau melangkah maju ke tingkat yang baru, maka engkau akan menemukan bahwa semua yang engkau pelajari pada masa lalu adalah kepalsuan (salah). Akhirnya, ketika engkau mencapai maqam (keadaan) Tuhan dan maqam kearifan-Nya, maka engkau akan menyadari bahwa semua pemikiran engkau adalah keliru. Semuanya keliru. Hanya Dialah kebenaran. Kebijakan-Nya adalah kebenaran sejati, dan sifat-sifatNya adalah emas kekayaan yang sesungguhnya.

Apabila engkau memahami hal ini, maka engkau akan memohon ampunan-Nya atas segala kesalahan yang engkau lakukan pada masa yang lalu. Engkau akan melihat dengan jelas dan pasti bahwa hanya ada satu keluarga, satu doa dan satu Tuhan. Kita harus memikirkan hal ini. Ini adalah kearifan yang berharga, hikmah kebenaran.”

– Sheikh M. R. Bawa Muhaiyaddeen

.

“Apabila engkau menggali sumur, engkau harus menggalinya jauh ke dalam sampai engkau menemukan sumber mata airnya. Dapatkah sumur itu penuh tanpa mencapai sumber yang dalam itu? Bila engkau bergantung pada hujan atau sumber luar lain untuk mengisi sumur itu, maka air itu hanya akan menguap atau diserap oleh tanah. Lalu, bagaimana engkau dapat membasuh dirimu atau menghilangkan dahagamu? Hanya jika engkau menggali cukup dalam untuk mendapatkan mata air, maka engkau akan sampai pada sumber air yang tak habis-habisnya. Demikian juga halnya, jika engkau hanya membaca ayat-ayat dari kitab suci, tanpa menggali lebih dalam untuk mencari maknanya, hal itu seperti menggali sebuah sumur tanpa mencapai mata airnya atau seperti mencoba mengisinya dengan air hujan. Kedua cara ini tidak akan memadai. Hanya apabila engkau membuka mata air yang ada di dalamnya dan ilmu Tuhan mengalir dari sana, maka mata air sifat-sifat Tuhan akan mengisi hatimu. Hanya setelah itu engkau dapat menerima kekayaan-Nya. Hanya setelah itu engkau akan mendapatkan kedamaian dan ketenangan. Kearifan dan ilmu Tuhan ini harus timbul dari dalam dirimu; kisah Tuhan dan doa mesti dipahami dari sisi batin. Maka engkau akan memperoleh semua yang engkau butuhkan untuk dirimu, dan engkau juga akan merasa cukup untuk berbagi dengan orang lain.”

– Sheikh M. R. Bawa Muhaiyaddeen

.

Sejak kudengar tentang dunia Cinta,

Kumanfaatkan hidupku, hatiku

Dan mataku di jalan ini.

Aku mengira bahwa Cinta

Dan yang dicintai adalah berbeda.

Kini aku mengerti bahwa keduanya sama.

– Jalaluddin Rumi

.

Seseorang meminta nasehat kepada Ibrahim bin Adham. Dia berkata: “Berzikir kepada Tuhan dan tinggalkan keramaian.” Di lain waktu seseorang meminta nasehatnya kembali dan dia berkata: “Bukalah yang tertutup dan tutuplah yang terbuka”. Orang yang bertanya memintanya untuk menjelaskannya lebih lanjut. Ibrahim melanjutkan perkataannya: “Bukalah kantongmu yang tertutup dan sedekahkan kepada fakir miskin. Tutuplah mulutmu yang terbuka dan tidak berlebihan dalam berbicara.”

.

“…Perkenankan jika mungkin, di hari nanti kami bisa mendengar tidak dengan telinga kami yang amat terbatas ini, perkenankan juga kami mendengar tidak hanya suara-suara, yang amat menjebak jiwa dungu ini, tetapi juga mendengarkan apapun saja: cahaya, inti warna, sepi atau bisikan-Mu yang tiada terperi…”

– Penggalan puisi Emha Ainun Nadjib “Asmaul Husna”

.

Jika engkau belum mempunyai ilmu, hanyalah prasangka,
maka milikilah prasangka yang baik tentang Tuhan.

Begitulah caranya!

Jika engkau hanya mampu merangkak,
maka merangkaklah kepada-Nya!

Jika engkau belum mampu berdoa dengan khusyuk,
maka tetaplah persembahkan doamu
yang kering, munafik dan tanpa keyakinan;
karena Tuhan, dengan rahmat-Nya
akan tetap menerima mata uang palsumu!

Jika engkau masih mempunyai
seratus keraguan mengenai Tuhan,
maka kurangilah menjadi sembilan puluh sembilan saja.

Begitulah caranya!

Wahai pejalan!
Biarpun telah seratus kali engkau ingkar janji,
ayolah datang, dan datanglah lagi!

Karena Tuhan telah berfirman:
“Ketika engkau melambung ke angkasa
ataupun terpuruk ke dalam jurang,
ingatlah kepada-Ku,
karena Aku-lah jalan itu.”

– Jalaluddin Rumi

(Puisi diambil dari “Suluk” Herry Mardian)

.

“Para sufi adalah mereka yang mendahulukan Tuhan daripada apapun sehingga Tuhan mendahulukan mereka daripada apapun.”

– Sheikh Dzun Nun al-Mishri

.

Aku melihat Tuhanku di dalam mimpiku dan aku bertanya, “Bagaimana aku bisa menemukan-Mu?” Dia menjawab, “Tinggalkan dirimu dan datanglah!”

– Sheikh Abu Yazid al-Bisthami

.

“Jangan mengira bahwa engkau tidak memiliki kebanggaan diri, karena ia lebih sulit terlihat daripada seekor semut pada batu hitam di malam hari. Dan jangan pernah berpikir bahwa mengeluarkannya dari dalam dirimu adalah mudah, karena adalah lebih mudah untuk mengikis sebuah gunung dengan sebatang jarum.”

– Sheikh Hakim Jami

.

“Seorang sufi adalah dia yang menjaga kejernihan hatinya terhadap Tuhan.”

– Sheikh Bishr bin al-Harith al-Hafi

.

“Perjalananmu adalah menuju tanah kelahiranmu. Ingatlah bahwa engkau berjalan dari alam penampakan menuju alam realitas.”

– Sheikh Abdul Khaliq al-Ghujdawani

.

“Jagalah Tuhan, Sang Kekasih, selalu berada di dalam hatimu. Jadikan ibadahmu, zikir, menjadi ibadah dari hatimu.”

– Sheikh Abdul Khaliq al-Ghujdawani

.

Shibli melihat Junaid sebagai seorang guru dan berkata kepadanya, “Kau dipuji sebagai ahli mutiara. Berikan satu kepadaku, atau jual kepadaku.”
“Jika aku menjualnya kepadamu, kau tidak akan mampu membayarnya, dan jika aku memberikannya kepadamu, mendapatkannya dengan mudah membuatmu tidak akan menyadari nilainya,” Kata Junaid. “Lakukan seperti apa yang aku lakukan. Ceburkan dirimu ke dalam Lautan, dan jika kau menunggu dengan sabar kau akan memperoleh mutiaramu.”

– Sheikh Junaid al-Bagdadi

.

“Jika kau berusaha, apapun yang kau perjuangkan akan mendekat kepadamu, dan kau akan memperoleh manfaatnya. Semoga Tuhan memberimu pertolongan tersebut, rahmat tersebut, kebijaksanaan tersebut, dan sifat-sifat-Nya. Semoga Ia melakukan apa yang baik. Jika kau percaya kepada-Nya, Ia tidak akan pernah melepaskanmu. Jika kau niat kepada-Nya, Ia akan datang mencarimu. Jika kau memanggil-Nya, Ia akan memanggilmu. Jika kau mencintai-Nya, Ia akan mencintaimu. Jika kau mencari-Nya, Ia akan mencarimu. Pahamilah ini. Amin. Amin”

– Sheikh M. R. Bawa Muhaiyaddeen

.

“Berperang di dalam diri sendiri adalah Islam; pertempuran sebenarnya berada di dalam diri. Menghalau sifat-sifat jahat, pikiran jahat, dan perbedaan yang membawa kepada perpecahan adalah Islam. Berperang melawan iri hati, dengki, dan rasa dendam adalah Islam. Memotong dan membuang sifat-sifat setan dan mengisi diri kita dengan sifat-sifat Allah adalah Islam. Menunjukkan hati dengan penuh belas kasih kepada saudara-saudara kita adalah kekayaan dari Islam.”

– Sheikh M. R. Bawa Muhaiyaddeen

.

Seseorang bertanya kepada Ibrahim bin Adham, seperti apakah hidupmu? Ibrahim bin Adham menjawab: aku memiliki tiga ‘kereta perang’ di dalam hidupku. Ketika aku menerima sesuatu, aku akan duduk di dalam ‘kereta perang’ syukur; ketika kesukaran menimpa, aku akan duduk di dalam ‘kereta perang’ sabar dan ketika beribadah, aku duduk di dalam ‘kereta perang’ ketaatan dan istiqomah.

.

“Aku mencari ‘kefakiran’ dan aku menemukan kesempurnaan. Manusia mencari kekayaan, dan kemiskinan menjadi tujuan mereka.”

– Sheikh Ibrahim bin Adham

.

Jika engkau mencari kedekatan dengan Sang Kekasih, cintailah setiap orang. Hanya memandang kebaikan mereka baik ketika mereka hadir ataupun tidak. Jika engkau menginginkan kejernihan dan kesegaran layaknya hembusan angin di pagi hari, jadilah seperti matahari yang tidak memiliki apapun tetapi menyinari dan memberikan kehangatan kepada siapapun.

– Sheikh Abu Said Abil Khair

.

“Seorang manusia sejati tidak akan menautkan hatinya kepada apapun kecuali kepada Allah.”

– Sheikh Abu Yazid al-Bisthami

.

Dunia ini adalah jalan menuju kebahagiaan abadi dan karena itu ia baik, pantas dihargai dan dipuji.

Yang buruk adalah apa yang engkau lakukan dengan dunia saat engkau dibutakan pada kebenaran dan dikuasai sepenuhnya oleh hasrat, hawa nafsu dan ambisi pada dunia.

Kesenangan dunia ini tidaklah membahayakan dengan sendirinya. Ia baru berbahaya ketika semua itu membuatmu lupa, tidak patuh dan melalaikan Tuhanmu.

– Sheikh Ibn al-Arabi

.

“Kebutuhan ruhani adalah api yang terang dan berkobar yang disematkan Tuhan di dalam dada hamba-hamba-Nya dimana ‘diri’ (nafs) mereka akan dibakar, dan tatkala nafs telah terbakar, apinya menjadi api ‘kerinduan’ (shawq) yang tak akan pernah padam, baik di dunia ini maupun di akhirat nanti.”

– Sheikh Abu Said Abil Khair

.

“Berusahalah untuk mengenal diri sendiri. Sebab siapa yang kenal dirinya dan menentang hawa nafsunya, akan kenallah dia akan Tuhannya dan menuntutlah dia akan keridhaan-Nya.”

– Syeikh Abdul Qodir al-Jilani

.

Rintik hujan, menetes dari awan.

Malu tatkala memandang lautan.

“Siapa aku di luasnya lautan?”, ucapnya.

Sebagaimana ia melihat dirinya dari mata kefaqiran

Sekeping kerang memeluknya dan membentuknya menjadi mutiara.

– Sheikh Muslihuddin Sa’di

.

“Saat engkau jauh dari Ka’bah, memang sudah sepantasnya engkau menghadapkan wajahmu ke sana. Namun bagi mereka yang ada di dalamnya, mereka bisa menghadap ke mana pun mereka inginkan.”

– Sheikh Abu Yazid al-Bistami

.

“Jika engkau ingin mencapai kemuliaan, jadikan kerendahan hati sebagai jalanmu.

Lihatlah, ketika embun turun ke atas bumi, sang mentari akan mengangkatnya ke langit”

– Sheikh Muslihuddin Sa’di

No comments:

Post a Comment